Cerita Dari Surga

di dalam surga, seorang anak muda protes kepada Tuhan. Anak Muda: ya Tuhan kenapa aku kau tempatkan di surga paling rendah, sementara orang tua itu Engkau tempatkan di surga yang paling tinggi?

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 22 Juli 2012

Mari Menghisab Diri


Mari Menghisab Diri, Ketimbang Menghujat dan Mengkafirkan Sesama.

Oleh : Muhammad Baran

17 Ramadan 2 Hijriah (7 maret 626 masehi) di tanah badar Muhammad memimpin 313 sahabat terpilih yang berangkat dari madinah dengan perlengkapan dan bekal perang yang terbatas.

Inilah momen yang akan menentukan masa depan risalah yang di bawanya. Ia khusuk berdoa sejenak.

Pada siang hari di pertengahan ramadan itu, terjadilah:  pasukan mekkah tercerai berai dalam pertempuran yang hanya berlangsung 2,5 jam itu.

Sejak kemanangan yang fenomenal itu, Muhammad tak lagi menjadi sasaran olok dan cemooh. Dia menjadi penantang utama kewibawaan kaum Qurais.

Tapi Muhammad tak berhenti sampai di situ. Ia seakan meletakkan sebuah cermin di hadapan wajah-wajah  penuh kemenangan itu, saraya mengingatkan pasukannya.

“Kita baru pulang dari perang yang kecil menuju perang yang lebih besar,” ujar Muhammad. Dia ingin mengingatkan kepada sahabatnya, euforia di medan badar hanyalah kemenangan kecil. Akan ada  perang yang lebih besar dari pada badar.

Muhammad tak mengecilkan  arti kemenangan  politis, tapi dalam suasana ramadan yang  suci ini,  ia menggarisbawahi,  batin lebih superior daripada yang lahiriah.Sekali lagi, yang bersifat spiritual lebih utama daripada yang materil.

Yah, ramadan  merupakan  momentum reflektif. saatnya kembali kepada diri sendiri.
Setelah inga-bingar pemilukada, kasus korupsi pengadaan al-Quran dan aneka organisasi  yang mulai menyisir daerah-daerah  yang dianggap  menyelenggarakan praktik maksiat,  ada baiknya saya mengajak kita mengingat pesan reflektif Muhammad di atas.Mari kita perangi  hawa nafsu (ego),  lebih banyak menghisab diri ketimbang menghujat, mengkafirkan dan menyalahkan sesama.(**)

Jumat, 13 Juli 2012

Melayu Indonesia VS Malaysia


BAHASA MELAYU: INDONESIA VS MALAYSIA

Oleh: Muhammad Baran.

Sebenarnya kalau mau jejur, bahasa Malaysia lebih kaya dalam perbendaharaan kata. Mereka kebanyakan berusaha menggunakan bahasa yang asli melayu. Beda dengan indonesia yang kekurangan perbendaharaan kata sehingga suka menjiplak istilah bahasa asing. Bahkan banyak bahasa Indonesia akhirnya tergusur dari pemakainya sehari-hari. Kata “hapus” misalnya sudah diganti dengan kata “Delete”, kata “Salin” diganti dengan kata “copy”, kata “Tempel/lampirkan” di ganti dengan kata “Paste”, kata “Batal” diganti dengan kata “cansel, kata “tetikus” yang dipakai dalam istilah komputer untuk menggerakkan kursor, diganti dengan “Mouse”. Padahal masing-masing istilah teknis di atas ada padanan dalam bahasa Indonesia. 

Masih banyak kata-kata bahasa Indonesia kemudian dilupakan dalam bahasa percakapan dan bahasa tulis, dan diganti dengan istilah asing yang katanya kedengaran lebih modern dan keren. Kita orang Indonesia memang sering merasa rendah diri bila berhadapan dengan bangsa lain, baik dalam hal pergaulan maupun dalam hal berbahasa dan gaya (life stile) juga dalam hal tradisi dan budaya, apalagi budaya dan bahasa daera yang terancam punah.

Sebagai seorang yang berkecimpung di dunia jurnalistik, yang sehari-hari bergaul dengan penggunaan kata dan bahasa, saya memberikan beberapa contoh, betapa bahasa Indonesia tak lagi menjadi bahasa pergaulan dan bahasa tulis sehari-hari. Generasi kita cenderung mengagumi bahasa dan istilah asing yang sok kebarat-baratan. Berikut contoh penggunaan bahasa melayu Malaysia yang saya coba komparasikan dengan Bahasa melayu Indonesia yang lebih banyak meminjam istilah asing. 

Pendekatan yang saya lakukan adalah komparasi logika berbahasa dan sejarah pemaknaan bahasa terkhusus bahasa melayu yang sama-sama digunakan beberapa negara rumpun melayu. Maaf sebelumnya, sebagai orang indonesia yang mengunakan bahasa melayu indonesia tak bermaksud membanding-bandingkan dalam perspektif hebat atau tak hebat, tapi semata-mata membuka cakrawala pengetahuan bersama.

Berikut ini beberapa contoh:

*INDO* : Beli 2 gratis 1
*MALAY* : Beli 2 percume 1
kata percuma, itu kata melayu asli (memberi dengan cuma-cuma/gratis)
sedangkan Kata Gratis itu istila asing dari bahasa belanda yg di adopsi dari bahasa latin Gratein.

*INDO* : Kementerian Agama,
*MALAY* : Kementerian Tak Berdosa (heloo \=D/?!!)
Kata “agama” berasal dari bahasa sangsekerta yaitu “A gama/ageman” artinya Baju/jubah kebesaran. Juga berarti tidak kacau. Mana bahasa Indonesia yang asli? Nyatanya tak ada. Lagian Kementerian agama di Indonesia tak cukup menjalankan visi-misi sebagaimana mestinya.Masih mending bahasa Malaysia “Kementerian Tak Berdosa”. Lebi mendekati maksud dan tujuan agar Derpartemen tersebut lebih menjalankan visi-misi suci sebagai penjaga akidah masyarakat. 

* INDO * : Angkatan Darat,
* MALAY * : Laskar Hentak-Hentak Bumi (ga asik bgt ya :s)
Kalau yang ini, sama. Angkatan Darat itu bisa berarti mengangkat daratan. Meski kata angkatan juga berarti sekumpulan/kompi atau kelompok pasukan. Tapi tetap saja berasal dari kata “mengangkat/angkat”. Apa yang mau diangkat? Daratan yang mau diangkat? Kalau laskar/askar, lebih mendekati makna pasukan bersenjata. Meski kata ‘hentak-hentak bumi’ asing ditelinga orang Indonesia yang memang bercitarasa barat.
____________________________
*INDO* : Angkatan Udara,
* MALAY * : Laskar Angin-Angin 
Sama dengan Angkatan dan Laskar di atas. Tak ada juga beda signifikan antara Udara dengan angin. Kalaupun beda, “Udara” digunakan untuk menyatakan zat oksigen yang dibutuhkan dalam proses bernapas. Sedangkan “angin” mempunyai makna yg lebih umum, yaitu udara bebas. Jadi penggunaan kata angin sedikit lebih logis dari pada kata udara dalam angkatan udara yang berarti mengangkat udara.
______
*INDO* : Pasukaaan bubar jalan !!
* MALAY * : Pasukaaan cerai berai !!
Penggunaan kata “bubar” sebenarnya sama dengan cerai berai. Malah kata cerai berai lebih menegaskan keterpisahan individu dari kelompoknya. Kata cerai berai punya makna yang berbeda dengan kata “cerai”. “cerai” hanyalah keterpisahan antara individu dengan individu (seperti suami-istri bercerai). Sedangkan kata “bubar” artinya berhenti dari aktifitas. Misalnya sementara latihan dan kemudian berhenti. Berhenti bukan berarti STOP. Berhenti artinya tidak beraktifitas sementara waktu. Beda dengan Kata “bubar”apalagi digabung dengan kata “jalan”. Mana ada jalan bisa dibubarkan?
______________________________
*INDO* : Merayap
* MALAY * : Bersetubuh dengan bumi 
Kata merayap sama maknanya dengan bersetubuh. Hanya orang Indonesia yang menggunakannnya untuk pengertian berhubungan kelamin antar lawan jenis. Kata setubuh sebenarnya memiliki makna yang netral, sama dengan kata gaul/menggauli. Hanya –sekali lagi-kebiasaan kita orang Indonesia yang suka memelesetkan bahasa yang santun menjadi bermakna tak santun.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*INDO* : Rumah sakit bersalin,
* MALAY * : Hospital korban lelaki
Penamaan ini lebih realistis, lebih nyata dengan menyebut Hospital Korban Laki-laki (karena ibu-ibu yang melahirkan maupun gadis yang melahirkan akibat kasus perkosaan dan hamil di luar nikah)memang adalah korban keperkasaan laki-laki yg entah bertanggungjawab atau tidak. Jika di bandingkan dengan Rumah Sakit Bersalin (Mana ada Rumah Sakit Bisa bersalin/melahirkan anak?) Kata "Bersalin" itu makna sebenarnya adalah menyalin kembali/Foto copy.
____________________________
*INDO* : Departemen Pertanian
* MALAY * : Departemen Cucuk Tanam 
Kata Departemen Cucuk Tanam memang lebih terasa melayu (indonesianya, cocok Tanam) jika dibandingkan Departemen Pertanian, Karena kata Pertanian asal katanya dari Hutani (membuka hutan yang dilakukan oleh pembuka ladang untuk bercocok tanam, para pekerja ladang kemudian disebut petani/perhutani) jadi kalau mau konsisten Indonesia harus menggunakan Departemen Perhutani, bukan pertanian.
______________________________
*INDO* : Gratis bicara 30 menit,
* MALAY * : Percuma berbual 30 minit.
sama seperti kata "Gratis" di atas, indonesia hanya menjiplak bahasa orang. Kata' Bual" memang asli bahasa melayu asli yg maksudnya, bercakap-cakap/ngobrol santai. Saudara-saudara kita di Sumatra dan Kalimantan yang masih kental rasa melayunya, tak menganggap kata bual sebagai makna cerita bohong (membual-bual). Orang Indonesia saja yang menghinakan bahasanya sendiri. Lihat kamus juga.
______________________________
*INDO* : Tank
* MALAY * : Kereta Kebal
ini lebih kentara, kalau indonesia memang ahlinya menyadur bahasa orang karena keterbatasan/kekurangan perbendaharaan kata asli. "Tank" itu bukan bahasa indonesia tapi bahasa inggris. Dulu orang indonesia menyebutnya, "kendaraan lapis baja" tapi enta karena merasa rendah diri kalau pakai bahasa sendiri, makanya tak lagi dipakai. Bandingkan dengan bahasa malaysia, "Kereta/kendaraan kebal' lebih melayu dan pas, juga sesuai dengan fungsi/guna dari kendaraan tersebut yang anti peluruh/kebal peluruh.
_____________________________
*INDO* : Kedatangan,
* MALAY * : Ketibaan.
kata Tiba artinya sampai/kembali ke tempat asalnya (Tiba saatnya: sampai saatnya).Bandingkan dengan Datang artinya juga kembali. Tapi malaysia memang lebih terasa melayu tulen, dan lebih logis.
______________________________
*INDO* : Rumah sakit jiwa,
* MALAY * : Gubuk gila
Nah kalau yang ini, sama saja. Sama-sama sakit dan gila. Mana ada rumah mengidap sakit jiwa? dan mana ada gubuk yang gila? Tapi Malaysia tetap dengan “Gubuk” yang artinya hunian tempat berteduh dari terik dan dingin. Makna yang puitis.
______________________________
*INDO* : Dokter ahli jiwa,
* MALAY * : Dokter gila
Nah.. kalau yang ini, indonesia sedikit lebih waras, karena ada terselip kata “ahli” di antara kata dokter dan jiwa... Coba kalau lupa menyelip kata “ahli”, pasti sama2 tak waras…indonesia baru menang satu poin.
_____________________________
*INDO* : Hantu pocong,
* MALAY * : Hantu Bungkus
kata pocong itu dari bahasa jawa, yang artinya di bungkus kafan. lalu apa bedanya? Lagi2 malaysia lebih melayu.
_____________________________
*INDO* : Toilet,
* MALAY *: Bilik Merenung
lagi-lagi indonesia tak punya bahasa sendiri untuk menamakan tempat buang kotoran. makanya comot-sana sini. Toilet bukan bahasa asli indonesia. Masih mending kata "bilik merenung". lalu apa yg bisa dibanggakan orang indonesia?
_____________________
*INDO* : Traktor,
* MALAY * : Setrika Bumi.
ini juga sama, indonesia Tidak punya bahasa sendiri. Masih mending bahasa malaysia yang konsisten menggunakan bahasa melayu. Meski kedengarannya asing ditelinga orang indonesia yang sok kebarat-baratan dengan menggunakan istilah asing, Traktor.
*INDO* : Joystick,
* MALAY * : Batang senang.
ini juga sama, indonesia tidak punya perbendaharaan kata dalam bahasa melayu, bisanya jiplak bahasa orang. Masih mending "Batang Senang" yang rasa melayu banget. Meski kedengarannya porno bagi orang indonesia yang umumnya berpikiran porno.
______________________________
*INDO* : Tidur siang,
* MALAY * : Petang telentang
kalau yang ini, sama saja. cuman malayisia tetap kental rasa melayunya.
______________________________
*INDO* : push up
* MALAY * : perkosa bumi(waaah.nafsu amet)
Malaysia tetap lebih unggul dalam perbendaharaan bahasa melayu sebagai bahasa ibu. Bandingkan dengan kata "Push Up" yang bukan bahasa melayu indonesia. Meski kata perkosa sebenarnya berasal dari kata "Perkasa/Gagah" yang kemudian oleh orang indonesia di pelesetkan dengan "Perkosa/menggagahi" yang sangat porno.

Demikianlah beberapa contoh, dan masih banyak contoh lain yang kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Betapa bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan, perlahan tapi pasti mulai ditinggalkan oleh penuturnya. Saya pun tak bisa membayangkan jika hal yang sama juga menimpa pada para penutur bahasa daerah. Bahkan ada penelitian yang membeberkan fakta bahwa banyak bahasa daerah yang telah punah lantaran tak lagi ada penuturnya. Semoga sebaga generasi muda negeri ini kita masih punya kepedulian untuk tetap melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu. Juga tetap melestarikan bahasa dan tradisi daerah yang terancam musnah.

Makassar, 13 Juli 2012...........

Selasa, 10 Juli 2012

puisi Pelangi


Warni Pelangi 

Oleh : Muhammad Baran

Pelangi 1

Ada rasa yang ingin kuungkap
Ada rindu yang ingin kubagi
Pun ada cinta yang ingin kudekap mesra

Engkau tahu…
Getar rasa, bersit rindu, pun luap cinta
Kutata apik dan kusimpan untukmu
Aku memujamu

 aku rindu senyum itu
Senyum yang kau rekat di hatiku
Membuat jantung yang rapuh
Tak cukup kuat menahan debar
Oh…tetaplah senyummu seperti itu

Rinai hujan kini tak jua henti
Masikah engkau di sana?
jangan buat aku resah

Dan kini malampun merayap gelisah
Di tepi sunyi relung
Berharap hadirmu
Menyapa serta senyum itu

Pelangi 2

Kenangan bersamamu
Kujadikan karib
dikala sepi datang menggoda
mengingatkan aku akan dirimu
engkau kupuja….

Kuberharap warnimu tak luntur
Meski musim kejam membuat pudar
Disini dihatiku…

Yakinkan hatimu
Tak akan ada tambatan lain
Di dermaga hatiku
Karena bagiku engkau berarti

Jadilah mozaik indah
 Meski Di antara himpitan dunia.
 aku bahagia memujamu

Pelangi 3

Hadirmu tak pernah alpa
Karena senyum itu selalu terbayang
Kala hujan menyisakan rintik
Oh…warnimu menawanku

Tahukah engkau?
Langit iri
meski dalam mimpi ia ingin memelukmu
Bumi meronta
meski tak sanggup, dalam nyata ia ingin membelaimu
Semesta memendam kecewa yang teramat
 meski hanya dari kejauhan, ia ingin memandangmu

Mereka berlomba melukis indahmu
Meski sadar tak cukup sempurna.
Semua mencoba menafsir warnimu
Meski sadar kehabisan kata

Ah warnimu indah….
Merah, hijau, kuning, biru, ungu
Berpadu mesra di atas kanvas kemahaan
Mewakili setiap selera keindahan
Juga segenap deret ukur harmoni semesta

Duta Tuhan

Mari Merenung Sejenak
Kiata adalah Duta Tuhan

Oleh : Muhammad Baran

Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
 Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya….

Saya teringat dengan hikayat Zu al- Nun , seorang sufi kenamaan dari persia.  Suatu hari berlayarlah Zu al-Nun  dengan serombongan muridnya dengan  sebuah kapal di sungai Nil. Tak lama sebuah perahu mendekat, dipenuhi dengan  orang-orang yang sedang berpesta dan mabuk-mabukan. Perbuatan mereka membuat risih murid murid Sang Sufi. Mereka meminta Zu al-Nun untuk berdo’a kepada Tuhan agar kapal penuh maksiat itu ditenggelamkan saja. Zu-al Nun pun menyetujui permintaan murid-murudnya dengan  menadahkan tangan seraya berdo’a: “Ya Tuhan, karena Engkau memberi  orang-orang ini kesenangan hidup di dunia ini, maka berikan juga  mereka  kesenamgan hidup di akhirat kelak,” Murid murid itu seketika terkejut mendengar doa guru agung mereka. Mestinya doa  kutukan yang diserukan, tapi malahan do’a keselamatan. Suasana hati murid murid sang sufi  bercampur aduk  atas apa yang baru saja dilakukan  guru agung mereka.
Ketika kapal tersebut semakin dekat dan para pemabuk dan tukang maksiat  itu melihat Zul al-Nun, tiba tiba saja mereka menangis  dan merintihkan penyesalan atas kekhilafannya, dan membuang barang barang hasil rampasannya dan bertaubat kepada Allah. Zul al-Nun menengok kepada murid muridnya yang belum sepenuhnya bisa  menghapus kebingungannya dan berkata: “Kehidupan yang nikmat di akhirat kelak  adalah pertaubatan di dunia ini. Kalian dan mereka  semuanya puas dengan tanpa  menyakiti siapa pun”
Demikian  sang sufi berbuat dengan landasan  belas kasih yang amat mendalam  kepada sesama, mengikuti  teladan Nabi yang meskipun mendapat perlakuan buruk dari orang-orang Qurais, beliau tak pernah berhenti  untuk mengatakan: “Ya Tuhan berilah petunjuk kepada kaumku. Mereka memperlakukanku seperti ini hanya disebabkan karena mereka belum tahu.”
Sungguh luar biasa kearifan  Zu al-Nun. Kita yang kerap mengaku sebagai orang yang beriman mestinya berusaha sekuat-kuatnya  agar bisa berbuat arif sepertinya. Kearifan yang tidak hanya didasarkan atas rasa takwa kepada Tuhan, tapi juga berusaha membumikan pesan suci Ilahi dengan menebar benih kasih sayang agar menjadi rahamat semesta alam. Manusialah yang mengemban amanat suci sebagai duta besar (khaifah) Tuhan di muka bumi ini.
Sebagai Duta Besar , manusia sejatinya menjadikan para Nabi dan orang-orang saleh sebagai suri teladan yang agung di tengah pemahaman keagamaan segelintir kita yang cenderung terdegradasi. Dimana agama terkadang hanya dijadika alat bedah untuk melegitimasi malpraktik  klaim kebenaran ekslusif segelintir umat. Kebenaran kini dianggap menjadi hak preoregatif agama tertentu dan memandang agama lain hanyalah sekte sempalan yang tidak hanya sesat, tapi juga-katanya-menyesatkan. Sebuah ironi di tengah upaya menumbuhkan rasa saling percaya dan menghargai perbedaan. Sikap arogan inilah yang kerap  menjadikan wajah agama yang  teduh dengan kedamaian  berlumur  noda.
Agaknya sebagai aktor  dalam drama kehidupan ini, kita mesti kembali memperbaiki akting  keberagamaan kita yang terlanjur terpuruk citranya di mata pemirsa-yang mungkin semakin muak dengan adegan kekerasan yang  selama ini ditontonnya. Dampak dari arogansi dan pengklaiman kebenaran -apalagi dilakukan dengan cara intoleran- menjadikan  kehidupan damai yang dicita citakan semakin jauh dari kenyataan. Kerukunan antar umat beragama kini berada pada titik yang teramat nadir. Tidak hanya skala nasional tapi juga skala internasional.
Manusia sebagai hamba Tuhan, sejatinya memahami bahwa eksistensi keberadaan mereka  adalah hanya berbakti kepada- Nya, termasuk menjalin ukhuwa dalam menciptakan kebersamaan demi sepotong kedamaian yang terancam punah itu. Satu hal yang perlu dicatat adalah sebuah ungkapan bijak yang mengatakan: “Jangan pernah kamu merasa diri  yang paling benar dan suci, karena Tuhan maha tahu siapa kamu sebenarnya.”
Sebagai bahan refleksi atas sepak terjang kehidupan kita di dunia ini, saya mengajak pembaca untuk  sejenak merenungi, sudah sejauh mana sikap tulus menerima perbedaan bermasyarakat di tengah gelombang ujian yang kerap menerpa masyarakat bangsa ini? Bangsa yang dikaruniai Tuhan dengan kemajemukan tradisi dan budaya masyarakatnya. Kemajemukan ini sejatinya dijadikan aset berharga untuk belajar dewasa dan saling menghargai-sepelik apapun perbedaan itu. Bukankah pelangi akan nampak elok bila aneka warna bersanding mesra?
Akhirnya mari coba kita maknai sebuah puisi indah karya  salah seorang budayawan negeri ini, Emha Ainun Najib yang akrab dikenal dengan Cak Nun. Puisi ini kiranya mewakili perasaan kebersamaan  kita sebagai bangsa yang merindukan kedamaian yang menjadi cita-cita hidup segenap masyarakat dari Sabang sampai Merauke.
Tahajjud Cintaku

 Mahaanggun Tuhan  yang menciptakan hanya kebaikan
 Mahaagung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan
 Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
 Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya takditerima
 Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
 Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya  tak dipelihara
 Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
 Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
 Ke  mana  pun memandang  yang tampak ialah kebenaran
 Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang

Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
 Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
 Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
 Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya
Emha Ainun Najib
1988