Cerita Dari Surga

di dalam surga, seorang anak muda protes kepada Tuhan. Anak Muda: ya Tuhan kenapa aku kau tempatkan di surga paling rendah, sementara orang tua itu Engkau tempatkan di surga yang paling tinggi?

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 06 April 2013

Tuhan: Mana Ibadahmu Untukku?

Tuhan: Mana Ibadahmu Untukku?

Oleh : Muhammad Baran

 
Selamanya mungkin kita tak sepenuhnya memahami keinginan Tuhan. Dan mungkin selamanya pula kita akan khilaf menjalankan perintah-Nya. Maka untuk menutup khilaf itu-entah disengaja-kita kerap berlindung di balik slogan “Tak ada manusia yang sempurna”. Kita seakan menyalahkan Tuhan yang tak total menciptakan kita.

Kita seakan protes kepada Tuhan karena menganggap tak diciptakan sempurna. Padahal, dunia dan segala isinya memang tak ada yang benar-benar total dan benar-benar sempurna. Dunia hanyalah ujian. Ujian atas klaim kita yang kadang dengan pongah merasa berhak dan sudah pasti memiliki surga dengan amal yang mungkin tak cukup dihitung dengan sepuluh jari tangan.

Sayangnya ketika Tuhan menagih  kita “Mana ibadahmu untukku?” kita pun gelagapan. Disini, tak jarang persepsi kita tentang ibadah hanyalah sebatas menggugurkan kewajiban. Ibadah bagi kita tak lebih hanya usaha legowo  menjalankan doktrin-suka atau terpaksa. Hingga pada titik tertentu ada prasangka, Tuhan memang butuh disembah.

Saya teringat sebuah kisah  Tuhan bertanya kepada Nabi Musa:

Tuhan: “Wahai Musa, mana ibadahmu untukku?”

Musa: “Bukankah aku selama ini  sudah sembahyang dan berpuasa untuk-Mu?”

Tuhan: “Bukan!. Itu adalah ibadah untuk dirimu sendiri (mendapat pahala). Ibadahmu untukku sebenarnya adalah ketika engkau menolong orang lain.”

Yang kerap luput dari kita adalah kebanggaan atas”prestasi” ibadah dan “prestise” iman individual kita. Sembahyang dan puasa misalnya, dianggap sudah cukup membuat Tuhan “tersenyum”, bangga akan ketaatan kita-ketaatan yang mungkin tak sepenuhnya tulus. Selebihnya kita berharap,  Dia mengganjar kita dengan surga-taman firdaus yang kita khayalkan itu.

Jika demikian, manakah makna ibadah yang sesuai ingin-Nya-ibadah yang dengannya kita menemukan cinta, dan membaginya kepada sesama? Ternyata-sebagaimana isi dialog di atas-ibadah yang sesungguhnya untuk Dia adalah ketika kita rela berbagi kepada sesama yang kekurangan dan tulus menolong yang lemah.

Itulah ibadah untuk Tuhan. Bukan sembahyang yang hanya menggugurkan kewajiban itu. Bukan puasa yang kadang diiringi pamrih itu, bukan pula haji yang berkali-kali hanya untuk mengejar titel “H” itu. Bukan, sama sekali bukan. Kata Tuhan, itu ibadah personal, sekadar mencari untung pribadi, semata mencari selamat sendiri.

Tuhan mengajarkan kita bagaimana mengaktualisasikan pesan moral ibadah dalam kehidupan nyata kita. Hidup yang kadang membuat kita alpa bahwa membahagiakan sesama, itulah ibadah yang sebenar-benarnya untuk Dia. Memang, tak jarang dugaan kita menempati ruang jawaban yang salah. Tapi walaupun demikian, kebenaran memang harus terucap, meski pahit terdengar. (**)

Terima kasih...

Terima kasih...

Namaku Hamba Moehammad...
tapi kau panggil aku; cintaku!
ah betapa banggaku dan tentu saja senang.
dengan kesenangan yang tak cukup terucap ranting
kepada arus sungai yang menghanyutkannya ke laut

aku Hamba Moehammad...
tapi kau sapa aku; kekasihku!
amboi.. ! bukan buatan bahagiaku
aku tersipu dengan segenap kenikmatan terindah
yang tak kuasa ditulis para penyair
dengan merangkainya menjadi puisi cinta terindah..

ah terima kasih... terima kasih...

Jumat, 05 April 2013

Kau Bukan Tuhan Kan?

Kau Bukan Tuhan Kan?

Aku kata kau hina. tapi kau acuh. aku sebut kau perempuan laknat. malah kau tak peduli . aku anggap kau najis. pun kau tak ambil pusing.

sama sekali kau tak hirau . kau anggap itu sekadar suara sumbang yang merasa diri paling suci.

"kau bukan tuhan kan? Kau bukan tuhan yang berhak menjatuhkan vonis. lebih tahu tuhan siapa aku," katamu.

dan ini malam minggu. kulihat kau begitu rapi . siap dengan dandanan menor. tapi bukan ke pesta kawin atau acara sukuran.

katamu malam ini kau ada janji. ketemu seorang  pelanggan di hotel berbintang . dengan bayaran yang pantas.

"inilah hidupku bung. inilah duniaku. dunia malam. sibuk dengan hiruk pikuk. tugasku melayani dan aku dibayar," katamu padaku

"tapi ini kerja dosa. agama melarang itu . apalagi kau perempuan . tak patut,"aku coba beri kau pahaman.

dosa? apa itu dosa? siapa yang dosa? suami yang mencampakan istri, apa itu bukan dosa? ayah yang  menelantarkan anak, apa itu bukan dosa? pemimpin yang membuat rakyatnya menganggur, apa itu bukan dosa? lalu pejabat yang korup, apa itu juga bukan dosa? lalu dimana bapa imam dan pendeta? mereka hanya gemar berkhotbah tanpa solusi," kau berondong aku dengan amunisi pertanyaanmu.

kau bantah aku dengan sengit. dan mulutku rapat terkatup. kau menikam ulu hatiku dengan pisau  argumentasimu. ah tak bisa kutangkis.

kau robohkan dinding kokoh imanku, yang selama ini merasa yang paling benar, yang paling suci . aku seperti petinju amatir yang kalah tarung. terkapar tak berdaya.

melihatku hanya membisu, kau pun berlalu dengan senyum sinis. penuh kemenangan tentunya. (HM)