Cerita Dari Surga

di dalam surga, seorang anak muda protes kepada Tuhan. Anak Muda: ya Tuhan kenapa aku kau tempatkan di surga paling rendah, sementara orang tua itu Engkau tempatkan di surga yang paling tinggi?

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 22 Oktober 2013

Tips Merawat Motor Metic

Dewasa ini sepertinya Sepeda motor matik sekarang semakin sering mudah dijumpai di mana-mana . peminat terhadap motor matic ini sepertinya sudah hampir menjadi salah satu pujaan baru di dunia sepeda motor di indonesia . bahkan menurut feeling saya kedepannya mungkin motor matic ini akan menjadi salah satu kandidat menjadi motor pujaan baru , selain dari motor bebek dan motor sport. nah Untuk menjaga supaya performa motor matic tetap prima, salah satunya adalah perlunya servis ringan secara berkala .
Berikut ada beberapa saran  untuk merawat dan menjaga performa motor matik anda performa  ;
  1. Sangat disarankan sebelum pergi mengendarai motor matik alangkah baiknya mesin motor dipanaskan dahulu , sekitar 1 sampai 3 menit, (jangan terlalu lama).
  2. Pada saat mengendarai motor, kita jangan terlalu sering melaju kecepatan dengan intensitas tidak stabil (nge gas , kemudian tutup gas dengan cepat atau istilahnya digerung-gerung ) . mengapa ?? karena kalau anda berkendara dengan cara seperti itu berarti anda tidak sayang dengan motor anda dan dapat  memperpendek usia mesin .
  3. sebaiknya jangan membiarkan bensin sampai habis didalam tank , usahakan dilebihkan mengapa ?? karena biasanya kotoran-kotoran dalam tank bensin sering terbawa ketika bensin didalam tank hampir habis dan jangan mengisi bensin di pedagang eceran ! .
  4. selalu Mengganti oli transmisi (oli gear box) motor maksimal setiap 5 ribu km dan oli mesin secara berkala setiap 5000 km(untuk pemakaian wajar, namun untuk pemakaian setiap hari dengan jarak tempuh agak jauh sebaiknya jangan menunggu 5000km untuk mengganti oli , sebulan sekali dianjurkan ).
  5. Selalu memeriksa kondisi busi dan aki. Sebab, kedua perangkat tersebut membuat motor matik bertenaga . Apabila aki atau busi sudah tidak berfungsi segeralah diganti dengan standar busi pabrik (biasanya merk standar pabrikan NGK)
  6. Nah ini yang paling penting harap diperhatikan juga memeriksa kondisi vent belt dan roller secara rutin. Jika sudah ada yang peyang di roller disarankan segera ganti , begitu juga dengan vent belt apabila sudah ditemukan banyak retakan dan terlebih lagi sudah longgar sebaiknya diganti.
  7. Selalu perhatikan ruang bagian kopling (transmisi), di ruangan transmisi terdapat komponen yang rentan kotoran. Bersihkanlah ruang transmisi minimal 2 bulan sekali , terlebih lagi apabila  kebanjiran pasti air masuk kedalam , harap segera dibersihkan.
semoga bermanfaat :)

Mengenal Filsafat Islam

Filsafat adalah berfikir dengan rasional. Filsafat berasal dari kata “philo” yang berarti cinta dan “sophia” yang berarti kebijaksanana. Jadi, dapat diartikan filsafat adalah cinta kebijaksanaan.Mempelajari filsafat harus sampai pada akar-akarnya kalau tidak bisa jadi sesat .
Ciri-ciri khas filsafat islam:
  • Radikal             : mendalam
  • Spekulatif         : bisa iya atau tidak, mungkin atau tidak mungkin
  • Universal          : bersifat umum (tidak terbatas)
  • Rasional           : sesuatu yang masuk akal
  • Sistematis         : runut
Sejarah permikiran dan filsafat
  • Mitos= pemikiran yang bersifat  dongeng atau dugaan semata tujuannya untuk memuasakan pertanyaan yang ada
  • Alam=unsur unsur alam
  • Logika=shopis
Pada zaman mitologi semua alam semesta ini berasal dari mitos.
Menurut pernyataan socrates kebahagiaan itu bisa bersifat universal dan partikular.
  1. Plato yang idealisme
Semua tidak ada yang abadi tapi ada satu yang tidak  musnah yaitu alam ide
  1. Aristoteles yang realisme
Abad 3 setelah M ada yang bernama plotinus dia beragama katolik yang sangat kuat dan taat.

Plotinus diam-diam mengkaji filsafat plato.
Yaitu bahwa seluruh kehidupan ini berasal dari cahaya tuhan lalu turun menjadi alam
Agnostic  (ajaran yang tidak percaya mistis) ><  genostic (ajaran yang percaya mistis)
Plotinus terkenal dengan teori pancaran (emanasi)
Kemudian setelah Plotinus, pada abad ke 3-4 munculah Santo Agustinus dia adalah seorang pendeta namun dia juga sangat tertarik di bidang filsafat . Santo Agurtinus saat itu mempelajari filsafat karena dia ingin kristen bisa di terima di Romawi. Dan karena hasil usahanya, akhirnya kristen diterima di Romawi. Santo Agustinus menyatakan 3 hal, yaitu :
-         Tuhan ->    The One           : alam tak berdimensi
-         Yesus ->    The Nouse       : setengah-setengah
-         Alam ->     The Soul           : alam semesta

Santo agustinus memiliki peranan yang sangat besar terhadap agama kristen pada waktu itu roma tengah gonjang-ganjing pembasmian terhadap sesuatu yang mistik , mungkin kalo st, agustinus tidak menggunakan filsafat terhadap agama kristen mungkin saat ini kristen sudah punah .
Dari Plotinus ke Agustinus yaitu disebut dengan zaman scolastik.
Sejarah Perkembangan Filsafat Islam
Filsafat berasal dari Yunani kemudian menyebar ke Mesir, Iskandariah, Suriah dan Iran. Di Iran muai diperkenalkan filsafat islam. Filsafat islam berada atau berkembang pada zaman modern. Filosof muslim mengambil filsafat Plotinus. Filsafat muslim merupakan filsafat Plato dan filsafat Aristoteles.
penyebar filsafat Islam.
  1. Al Kindi
Al Kindi berasal dari Arab. Ia adalah seorang pelopor penerjamah kita-kitab Yunani untuk filsafat islam. Dia juga terpengaruh aliran pikiran Plotinus yaitu Emanasi. Akal merupakan proses dan bukan fisik. Muncul akal-akal, yaitu akal 1, akal 2, akal 3, dan akal 4. Al Kindi menyebutkan “Jiwa manusia termasuk pancaran Tuhan”.
  1. Ar Razi
Ar Razi berasal dari persia. Dia menyatakan bahwa “Nabi itu tidak ada dan tidak wajib beriman kepada Nabi”.
  1. Al Farabi
Al Farabi berasal dari Iran. Dia melahirkan pemikiran akal sampe akal 8. Al Farabi ajarannya lebih sitematis dibandingkan dengan Al Kindi.
  1. Ibnu Sina
Ibnu Sina adalah seorang dokter, astronom dan filosofi. Ia melahirkan banyak lagi akal, sampai akal 10. Ibnu Sina menyatakan bahwa “Tuhan itu tidak mengetahui hal-hal yang kecil tetap hanya tahu hal-hal yang besar saja”. Ibnu Sina disebut sesat oleh Imam Ghazali, karena ia tak sependapat dengan Ibnu Sina.
  1. Imam Ghazali
Imam Ghazali mengeluarkan buku yang berjudul “Tahafut Al-Falasifah”. Isinya yaitu mentang ajaran Ibnu Sina.
  1. Ibnu Rasyid
Ibnu Rusyid pun menentang keras Imam Ghazali sampai mengeluarkan buku yang berjudul “Tahafut-Tahafut Al-Falasifah”. Ibnu Rusyd pun terkenal dengan “induksi”.
Pada masa postmodern, terkenal seorang Rene Decartes. Dia adalah seorang khatolik yang berasal dari Prancis dan disebut juga bapak filsafat Modern. Dia adalah seorang yang beraliran Rasionalisme (segala sesuatu itu harus masuk akal). Dia terkenal dengan istilah “Cogito Ergu Sum” yang artinya “aku berpikir aku ada”.

Tentang Jurnalisme Sastrawi

Jurnalisme sastrawi adalah satu dari setidaknya tiga nama buat genre tertentu dalam jurnalisme yang berkembang di Amerika Serikat di mana reportase dikerjakan dengan mendalam, penulisan dilakukan dengan gaya sastrawi, sehingga hasilnya enak dibaca. Tom Wolfe, wartawan-cum-novelis, pada 1960an memerkenalkan genre ini dengan nama “new journalism” (jurnalisme baru).
Pada 1973 Wolfe dan EW Johnson menyebutkan bahwa genre ini (jurnalisme baru) berbeda dari reportase sehari-hari, karena dalam bertutur ia menggunakan adegan demi adegan (scene by scene construction), reportase yang menyeluruh (immersion reporting), menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person poin of view), serta penuh dengan detail.
Wawancara bisa dilakukan dengan puluhan, bahkan lebih sering ratusan, narasumber. Risetnya tidak main-main. Waktu bekerjanya juga tidak seminggu atau dua, tapi bisa berbulan-bulan. Ceritanya juga kebanyakan tentang orang biasa. Bukan orang terkenal.
Beberapa pemikir jurnalisme mengembangkan penemuan Wolfe. Ada yang pakai nama “narrative reporting”. Ada juga yang pakai nama “passionate journalism”. Pulitzer Prize menyebutnya “explorative journalism”. Apapun nama yang diberikan, genre ini menukik sangat dalam. Lebih dalam daripada apa yang disebut sebagai in-depth reporting. Ia bukan saja melaporkan seseorang melakukan apa, tapi ia masuk ke dalam psikologi yang bersangkutan dan menerangkan mengapa ia melakukan hal itu. Ada karakter, ada drama ada babak, ada adegan, ada konflik. Laporannya panjang dan utuh – tidak dipecah-pecah ke dalam beberapa laporan.
Roy Peter Clark, seorang guru menulis dari Poynter Institute, Florida mengembangkan pedoman standar 5W 1H menjadi pendekatan baru yang naratif. 5W 1H adalah singkatan dari who (siapa), what (apa), where (di mana), when (kapan), why (mengapa), dan how (bagaimana). Pada narasi, menurut Clark dalam satu esei Nieman Reports, who berubah menjadi karakter, what menjaid plot atau alur, where menjadi setting, when menjadi kronologi, why menjadi motif, dan how menjadi narasi.
Menurut Robert Vare yang pernah bekerja untuk majalah The New Yorker, salah seorang dosen di Harvard University, ada tujuh pertimbangan bila Anda hendak memilih narasi :
1. Fakta
Jurnalisme menyucikan fakta. Setiap detail harus berupa fakta. Namun jurnalisme sastrawi bukan yang ditulis dengan kata-kata puitis. Narasi boleh puitis, tapi tak semua prosa yang puitis adalah narasi. Verivikasi adalah esensi jurnalisme, maka apa yang disebut sebagai jurnalisme sastrawi juga mendasarkan diri pada verifikasi.
2. Konflik
Suatu tulisan panjang lebih mudah dipertahankan daya pikatnya bila ada konflik. Sangketa bisa berupa pertikaiansatu orang dengan orang lain. Bisa berupa pertikaian antarkelompok. Namun sangketa juga bisa pertentangan seseorang dengan hati nuraninya. Juga bisa pertentangan seseorang dengan nilai-nilai di masyarakatnya. Soal interpretasi agama sering jadi sangketa. Pendek kata, konflik unsur penting dalam narasi.
3. Karakter
Narasi minta ada karakter-karakter. Karakter membantu mengingat cerita. Ada karakter utama, karakter pembantu.
4. Akses
Seyogyanya punya akses kepada para karakter. Akses bisa berupa wawancara, dokumen, korespondensi, foto, buku harian, gambar, kawan, musuh, dan sebagainya.
5. Emosi
Bisa rasa cinta, pengkhianatan, kebencian, kesetiaan, kekaguman, sikap menjilat, dan sebagainya. Emosi menjadikan cerita Anda hidup. Emosi juga bisa bolak-balik, mulanya cinta lalu benci. Mungkin ada pergulatan batin, perdebatan pemikiran.
6. Perjalanan Waktu
“Series of time”. Peristiwa berjalan bersama waktu. Konsekuensinya, penyusunan struktur karangan. Mau bersifat kronologis dari awal hingga akhir, atau mau membuat flashback. Panjang perjalanan waktu tergantung kebutuhan.
7. Unsur Kebaruan
Mungkin lebih mudah mengungkapkan kebaruan dari kacamata orang biasa yang jadi saksi mata peristiwa besar.
Salah satu kesalahpahaman yang paling sering dijumpai oleh Andreas Harsono soal jurnalisme sastrawi terletak pada masalah ranahnya (domain). Budi Setiyono menerangkan bahwa jurnalisme hanya sah bila berada pada ranah fakta. Ia bagaimanapun adalah kerja kewartawanan. Seorang wartawan bisa jadi seorang sastrawan. Namun tak semua sastrawan, yang menulis fiksi, bisa disebut wartawan.
Bagi Andreas Harsono, jurnalisme sastrawi adalah satu dari setidaknya tiga nama buat genre tertentu dalam jurnalisme yang berkembang di Amerika Serikat di mana reportase dikerjakan dengan mendalam, penulisan dilakukan dengan gaya sastrawi, sehingga hasilnya enak dibaca.
Septiawan Santana dalam bukunya “Menulis Feature” bahkan mengatakan : beruntung ada sastra. Karena menurutnya, ketika jurnalisme mengenal sastra, teknik penulisan feature menjadi sarana para jurnalis dalam mengembangkan materi liputannya. Dari situlah Septiawan berpendapat bahwa jurnalisme memulai eksperimentsi sastranya melalui feature, dalam pengembangan penulisan di kitaran penulisan berita (news) dan penulisan opini (views). Dalam berita, feature dipakai sebagai alat mengembangkan pemberitaan human interest.
Bicara soal penulisan gaya sastrawi, saya teringat akan definisi feature menurut Goenawan Mohammad dalam bukunya yang berjudul “Seandainya Saya Wartawan Tempo” bahwa feature tidak seperti penulisan berita biasa, karena penulisan ini memungkinkan wartawan “menciptakan” sebuah cerita.
Mungkin dari segi teknis penulisan, jurnalisme sastrawi dan feature ibarat satu rumpun, sama-sama rumpun sastrawi. Gaya penulisan ke dua berita ini mungkin bisa mengecohkan para pembaca yang sekaligus menjadi pengamat jurnalistik : ini feature atau jurnalisme sastrawi? Atau bisa saja begini : ini berita investigatif atau jurnalisme sastrawi?
Tetapi jika kita menelaah definisi jurnalisme sastrawi yang disodorkan oleh Andreas, maka akan terlihat kalimat seperti ini : reportase secara mendalam. Ini bermakna bahwa berita yang disajikan dalam jurnalisme sastrawi bersifat depth atau mungkin investigatif, bahkan menurut Wolfe, jurnalisme sastrawi lebih mendalam dari pada berita investigasi.
Menurut Ashadi Siregar dalam bukunya “Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa”, definisi laporan mendalam pada dasarnya memiliki struktur dan cara penulisan yang sama dengan berita kisah (feature). Perbedaanya terletak pada adanya unsur manusiawi yang terdapat dalam berita kisah yang belum tentu ditemukan dalam laporan mendalam.
Pemaparan sejumlah keterangan sebelumnya telah menghasilkan sebuah komparasi awal bahwa Feature, in depth reporting, dan jurnalisme sastrawi mengangkat sebuah informasi yang mungkin terabaikan situasinya dalam berita biasa di surat kabar.
Sedangkan keterangan unsur kedalaman berita, unsur manusiawi, dan sebagainya, menghasilkan sebuah komparasi kedua bahwa feature bukanlah in depth reporting atau keduanya bukanlah jurnalisme sastrawi. Meskipun dalam segi teknis, ketiga berita menggunakan gaya penulisan atau penuturan berkisah yang sama, dan dilengkapi dengan unsur manusiawi, emosi, dan sebagainya.
Menanggapi rasa prihatin Andreas terhadap nihilnya lahan jurnalisme sastrawi di ranah media massa cetak, saya rasa telah dijawab dengan singkat oleh Riyono Pratikno bahwa Indonesia telah menghadapi lima revolusi komunikasi secara serentak, sehingga di negara berkembang – seperti Indonesia – pengaruh yang segera tampak adalah cepatnya media elektronik diperkenalkan dan dipakai/ diterima dengan akibat tersedianya informasi bagi orang-orang yang masih buta huruf.
Melintangnya kendala pengembangan dan pemasaran jurnalisme sastrawi di kalangan masyarakat saya rasa terkait dengan unsur novelity atau kebaruan. Masyarakat sangat membutuhkan berita up to date dan live reporting untuk melihat langsung kejadian, dan itu hanya dimiliki oleh televisi. Surat kabar juga bisa dikatakan unggul, karena memiliki unsur detail yang ditunjang dengan data dan gambar. Setidaknya, meskipun berita langsung dalam surat kabar terlambat “adu lari” dengan berita televisi, namun kedua hal ini adalah kebutuhan utama masyarakat.
Sedangkan jurnalisme sastrawi bisa kita saksikan bersama dalam buku terbitan Pantau bahwa berita ini adalah berita yang tidak main-main, yang notabene membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengolahnya menjadi sebuah berita yang enak dan menarik. Faktanya, apakah masyarakat memiliki banyak waktu untuk membaca berita panjang? Apakah masyarakat sabar menunggu sebuah informasi? Apakah semua masyarakat tertarik dengan topik berita yang disajikan oleh media yang bersangkutan? Apakah masyarakat benar-benar membutuhkan kompleksitas permasalahan (fenomena disorot lewat sejumlah sudut pandang) agar mereka memeroleh pemahaman yang lebih baik, lengkap, dan menyeluruh? Jawabannya masih bias. Maka dari itu, perlu diadakan survei, sebelum media Indonesia berkiblat ke negara Adikuasa tanpa memertimbangkan kebutuhan masyarakat Indonesia secara matang – karena kita semua tahu Indonesia tidak sama dengan Amerika.
Sumber : Buku Jurnalisme Sastrawi
Penulis : Andreas Harsono dan Budi Setiyono

Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik

Secara spesifik, bahasa jurnalistik dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu bahasa jurnalistik surat kabar, bahasa jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio siaran, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media online internet. Bahasa jurnalistik surat kabar, misalnya, kecuali harus tunduk kepada kaidah atau prinsip-prinsip umum bahasa jurnalistik, juga memiliki ciri-ciri yang sangat khusus atau spesifik. Hal inilah yang membedakan dirinya dari bahasa jurnalistik media lainnya.
Ada 17 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk semua bentuk media berkala tersebut, yaitu:
Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan atau memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya.
Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat sederhana.
Padat
Padat berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca.
Lugas
Luas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.
Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya, jelas sasaran atau maksudnya.
Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. Kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu berita atau laporan.
Menarik
Artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika.
Demokratis
Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa. Bahasa jurnalistik menekankan aspek fungsional dan komunal , sehingga sama sekali tidak dikenal pendekatan feodal sebagaimana dijumpai pada masyarakat dalam lingkungan priyayi dan keraton.
Populis
Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca.
Logis
Artinya, apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat (common sense).
Gramatikal
Berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku.
Menghindari kata tutur
Kata tutur adalah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal. Contoh: bilang, dibilangin, bikin, kayaknya, mangkanya, kelar, jontor, dll.
Menghindari kata dan istilah asing
Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikatif, juga sangat membingungkan. Menurut teori komunikasi, media massa anonim dan heterogen, tidak saling mengenal dan benar-benar majemuk.
Pilihan kata (diksi) yang tepat
Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif, tetapi juga tidak boleh keluar dari asas efektivitas. Artinya, setiap kata yang dipilih memang tepat dan akurat, sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak.
Mengutakan kalimat aktif
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas pemahaman. Sedangkan kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan mengaburkan pemahaman.
Menghindari kata atau istilah teknis
Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. Bagaimanapun, kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang relatif homogen. Realitas yang homogen, menurut perspektif filsafat bahasa, tidak boleh dibawa ke dalam realitas yang heterogen. Kecuali tidak efektif, juga mengandung unsur pemerkosaan.
Tunduk kepada kaidah etika
Salah satu fungsi utama pers adalah mendidik. Fungsi ini bukan saja harus tercermin pada materi isi berita, laporan gambar, dan artikel-artikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada bahasa tersimpul etika. Bahasa tidak saja mencerminkan pikiran seseorang, tetapi sekaligus juga menunjukkan etika orang itu. Sebagai pendidik, pers wajib menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku.
(Dirangkum dari buku Bahasa Jurnalistik, Panduan Praktis Penulis dan Jurnalistik; karya Drs. A.S. Haris Sumadiria, M.Si.)

Jumat, 18 Oktober 2013

Senja Merah Lungkrah


Oleh Hamba Moehammad* 

Ambo’, dalam  laci-laci ingatanku, sejarah  mencatat apik kebesaran dan semangat  juangnya berdentang.  Ingatanku  menyelinap pada masa silam . Di matanya tergambar keberanian. Membela panji kebenaran dan  meringkus kemungkaran di tanah  leluhurnya; Batara Gowa

Indo’,  ingatanku  berkelana mengitari waktu yang kini telah jadi lampau, bergambar  lelaki gagah dengan sebilah badik tersampir di pinggang. Raut wajahnya  memerah, meneriakkan perlawanan terhadap angkara murka. Dialah I Mallombasi, Sang  Haantjes van Het Oosten.

***              ***              ***

I Mallombasi, nama pemuda itu. Tidak terlalu tinggi perawakannya, hitam gelap rambutnya disisir rapi. Mengkilap ditutupi passapu'.

Ia amat gelisa sebagai putra mahkota. Tanah kelahirannya didatangi oleh orang-orang bule bermata biru. Kapal-kapal dagang kaum kompeni ini ramai. Berlayar mengintai di perairan laut negerinya. Hatinya  tiris bagai diiris. Jiwanya bergoncang ketika melihat realita; kaum Kompeni ini sedang berusaha menguasai jalur perdagangan rempah-rempah, berusaha mengambil alih dan menguasai jalur perdagangan laut di timur nusantara.

Tak hanya ingin menguasai jalur perdagangan, armada perang kaum kompeni yang besar dipimpin oleh Cornelis Speelman ingin menyerang tanah kelahirannya. Mengadu domba rakyatnya. Menguasai negerinya. Dan mengambil paksa hasil bumi negerinya.

Tak bisa tinggal diam, Ia mengangkat senjata melakukan perlawanan. Membela haknya, menjaga martabat tanah leluhurnya. Bersama pengikutnya  I Mallombasi menyusuri setapak meliuk, bergegas meski bulu kuduk bergidik. Melewati benteng-benteng sejarah pahit perjuangan leluhurnya.  Deru meriam bertalu-talu dibenaknya. Lelaki tegap dengan dada membusung itu terus saja menyusuri benteng, persawahan rakyat, perbukitan,  dan melewati sungai Jene Berang.

Kepahitan rakyatnya akan siasat licik para kaum kompeni terus terngiang dalam langit  ingatannya. Sesekali dia ingat pesan Indo’nya sebelum berangkat, “Putraku, bila kamu ingin berangkat berjuang, ingin mencari bening mata dan kejayaan negerimu, berangkatlah, carilah Tuan Guru.” Pesan yang menyayat.

Senja menggantung di langit, merah lungkrah di angkasa seolah bianglala  menjemput derik jengkrik agar memekik sepanjang malam. I Mallombasi tiba di sebuah gubuk tengah sawa. Jalan raya yang membelah sawah itu tidak begitu ramai, sementara deretan gubuk sederhana itu tak terlihat amat  jelas. Sebuah  panji berkibar dihempas angin. I Mallombasi ditemui oleh seorang pemuda di gubuk itu. Ia bertanya , apakah pemuda itu kenal dengan lelaki tua yang bernama Tuan Guru?

“Tuan Guru telah pergi. Ia menghilang semenjak jiwanya terpaut pada perempuan kaum kompeni putri tuan Spelmaan bernama Anelis. Cobalah kau datang ke rumahnya di tengah kebun sana,” telunjuk lelaki itu mengarah ke timur. Bahunya terguncang-guncang ketika berbicara.

“Maaf  Daeng, “ mengangguk dan punggungnya membungkuk “karena malam telah larut, bolehkah saya numpang tidur di sini barang semalam, saya datang dari negeri  jauh,”

“Oh, boleh! Boleh! Mari!”

Ke dalam gubuk itu I Mallombasi dipersilahkan  masuk. Terlihat empat orang pemuda berbincang-bincang dalam ruangan. Berkenalan. Ya, I Mallombasi diajak nimbrung. Mendengar kisah tentang nasib rakyat dan tanah airnya.
Mendengar obrolan mereka, I Mallombasi berpikir bahwa lima orang pemuda itu bisa mengkonsep  front perlawanan terhadap kaum kompeni yang semakin melanggengkan pengaruhnya di bumi pertiwi, merampas hak-hak rakyat dengan cara yang teramat culas.

Setelah dua jam berbincang, I Mallombasi meminta izin pada empat orang itu untuk menyampaikan maksud kedatangannya.  Daeng Malomo, lelaki yang duduk di samping kirinya membagikan minum. Mempersilahkan. Lima orang itu menenggak minuman. I Mallombasi melanjutkan pembicaraan.

“Kalau begitu, kiranya tuan sudi bergabung dengan kami,” tukas Daeng Nyompa.

“Hmm!” berpikir sejenak.

“Baiklah!”

                                      ***              ***              ***

Di Butta Bonto Manai Ilau orang-orang berambut pirang bermata biru tengah merampas harta orang-orang kampung. Bila mereka sedikit mengepalkan tangan untuk mempertahankan atau melawan, senapan ditodongkan ke kepala mereka. “Melawan? Meledak kepalamu,” ancam mereka. Tengik. Orang-orang bule itu memang tengik. Mereka meminta sapi yang dipelihara di kandang, juga beras yang disimpan di lumbung. Orang-orang kampung gemetar, ya, gemetar menghadapi mereka. Sebagian yang lain berlari ke tempat persembunyian.

“Kasih keluar semua ini,” pintanya dengan logat melayu yang kaku.

“Ampun tuan, sudah habis, tuan!” berjongkok di hadapan mereka.

“Hmmm, ini… ini orang mau bohong?” Geram.

“Tidak tuan, kami sudah tidak punya apa-apa,”

“Kamu orang, jika bohong, kubunuh keluarga kamu,” tegas orang bule yang lain dengan logat bahasa yang kurang fasih sembari menendang lelaki kurus kerempeng paruh baya itu dengan sepatu botnya.

Ampun tuan. Sungguh kami tidak bohong,”

Tawa sinis meledak di bibir mereka. Sapi yang dipelihara lelaki kurus itu dikeluarkan dari kandangnya. Dibawa pergi. Lelaki itu terus  meminta dan menangis di tanah agar sapi peliharaanitu tidak dibawa pergi. Lelaki kerempeng itu  terus menatap hingga bayang-bayang sapi merah indah hilang di matanya.

                                      ***              ***              ***

Fajar menyingsing di ufuk timur. Kicau burung mengalun pilu. Terang tanah menjadi pijakan perjuangan memar. I Mallombasi bersama kawan-kawannya menelisik pagi, menembus gugusan embun diujung ilalang, mereka mendatangi setiap kampung yang pernah didatangi kelompok orang-orang bermata biru itu. Butta Bonto Marannu merupakan satu-satunya kampung yang pernah terlibat perseteruan dengan mereka karena kompak melawan.
Daeng Malomo membagi teman-temannya. I Mallombasi berangkat menuju Butta Paccelekang dan Butta Pattalasang. Daeng Makatenga ke Butta Ombolo dan  Butta Mangasa. Sementara Daeng Marauleng dan Daeng Nyompa menuju Butta Bonto Manai Ilau dan Butta Bonto Manai ‘Iraya. Mereka ingin menyatukan visi dengan seluruh lapisan masyarakat kerajaan Gowa untuk melawan, karena orang-orang bule itu menyengat harta milik rakyatnya.

Mereka menyeka jantung perkampungan di pagi gemuk itu,  membakar semangat agar seluruh rakyat mengepalkan tangan mengusir para bajingan bermata biru itu. Dan tiba-tiba tampak dimata I Mallombasi, Daeng Marauleng dan Daeng Nyompa kembali. Tergesa-gesa. Gerimis mengalir di matanya. Haru bagai peluru yang mengentak jiwanya. Keduanya berlari-lari kecil.

“Persiapkan perang dan peralatan perang seadanya!” tukas Daeng Marauleng kepada I Mallombasi ketika ditemui di Butta Paccelekang.

“Mengapa?”

“Mereka membantai Butta Bonto Manai Ilau. Gubuk-gubuk rakyat dibakar, sebagian masyarakat dibunuh,”terangnya.

“Astaga!” I Mallombasi juga tergesa-gesa.

“Banyak anak-anak kecil yang dijadikan tawanan mereka. Tak peduli tangis meledak, tubuh kerempeng itu terus diseret,” lanjutnya.

Tiga orang itu segera memberi kabar kepada dua kawannya yang lain agar mereka minta orang-orang kampung yang didatanginya segera keluar dan berkumpul dan membawa persenjataan yang dimiliki. Lima orang itu dengan sangat amat singkat mendatangi seluruh kampung dan dengan singkat pula orang-orang kampung berkumpul disebuah rumah yang agak jauh dari jangkauan orang-orang bule.

“Maukah kalian melawan? Maukah kalian bergabung bersama kami untuk mengusir mereka dari tanah air kita ini?” seru I Mallombasi.

“Mauuu!! Serempak orang-orang kampung itu membalas seruannya.

“Kita harus melawan. Harus!’ tegas yang lain.

“Kalau begitu, mari kita berangkat ke Butta Bonto Manai Ilau. Mereka adalah saudara kita.”

Orang-orang kampung itu berangkat seolah mereka merasakan perih sedih orang-orang yang ditindas. Sebagian membawa busur, badik, tombak, parang dan aneka senjata yang bisa mereka gunakan. Lambat laun mereka mendekati Butta Bonto Manai Ilau. Asap melesat  ke udara. Mata dan muka pasukan I Mallombasi mulai memerah seolah garam yang ditabur dalam luka jiwanya.

“Jangan patah semangat. Kalian orang-orang pemberani. Kalian orang kuat. Kita bisa mengusir mereka.”
Tak ada yang bersuara, bunyi sandal membatur bebatu di tanah. I Mallombasi berada didepan dengan sebilah badik menghunus. Ia ingin menghentak kaum kompeni, orang-orang  bule bermata biru itu. Ia ingin menikam jantung mereka hingga nyawa mereka melayang.

“Lawaaan!!” teriakan menggasak udara.

“Allaaaaahu Akbar!!” orang-orang kampung lari menyerang kaum kompeni setelah mendengar kalimat takbir dikumandangkan dari mulit I Mallombasi. Hujan peluru meriam rubuh di tubuh para pejuang. Darah mendidih di tanah pertiwi.

Mendung makin tebal  menggantung di langit negeri leluhur Batara Gowa. Perang meledak. Tubuh amis cempedak. Mayat bergelimpangan disayat luka, diterjang peluru meriam. Nyawa melayang, ruh pergi dari tubuh demi kelong-kelong perlawanan. (**)

Keterangan :Indo : panggilan untuk Ibu
Ambo : panggilan untuk Bapak
Haantjes van Het Oosten : Ayam  Jago Dari Benua Timur. Julukan untuk Sultan HasanuddinI Mallombasi : Nama Asli Sultan Hasanuddin
Daeng : Panggilan hormat untuk para bangsawan orang Makassar
Passapu ' : Ikat kepala tradisional masyarakat Bugis-Makassar.
Kelong-kelong : Lagu-lagu perjuangan.

Senin, 07 Oktober 2013

Raja Labala

Raja Baha Mayeli, Ayahanda dari Raja Ibrahim Baha Mayeli

Selasa, 01 Oktober 2013

Majnun Namaku..

Majnun Namaku..

perkenalkan Majnun namaku. berjejak di negeri tanpa hukum tanpa perbendaharaan hidup. hidupku berlaut kematian. sebagai makhluk aku berkhalik. sebagai rakyat aku ber-raja. sebagai pejuang aku syahid. sebagai saudara aku ditelikung.

kau tak mengerti ucapanku? apa aku seperti sedang berdoa atau mengigau belaka? memang negeri ini hanya bisa ditumbuhi ilalang doa dan rerumput igauan belaka. sesekali menahan tawa dan lihat, pohonnya berbuah sakit kepala.

"hai Majnun! pilih mana, merdeka atau tidur?" itu satu pertanyaanmu.

"ah untuk hidup di negeri ini, aku memilih merdeka dalam tidur. maka jangan bangunkan aku," jawabku sekenanya.

"mau kemana lagi Majnun? Shalat jugakah?" kau tanya lagi.

dan aku hanya diam. bosan dengan pertanyaanmu. memangnya shalat diwajibkan bagi perantau abadi? bagi si Majnun yang tidak genap akal ini?

"suka menjelajah malam?" kau mengoceh lagi dengan pertanyaan yang seakan tak pernah selesai.

bagiku malan tak bertuan. tapi gelapnya lebih abadi dari pada terang.

"satu lagi Majnun. boleh tahu dari mana berasal? dari kampung mana maksudku" suara cemprengmu itu berkicau lagi di sampingku sore tadi.

"ketahuilah aku berasal dari kampung beku waktu, rumah kepedihan dan keterasingan. itulah peta kampungku.

"dan kau seorang pangeran jugakah?"

"hahaha... beristana barak mewah, betahta mahaduka dan bermahkota majnun pula. apa arti darah biru. apa makna sarjana dan ilmu pengetahuan. semuanya menguap bagai embun pagi yang semilir tadi.."

"berkuliah dimana dulu? tak rindu sama kawan-kawan lama untuk mengunjungi kenangan lalu?"

aku terperanjat oleh kata 'rindu'. kata itu sejenis anggur yang bikin mabuk, serupa gadis pualam tak retak-retak dari masa silam.

sejurus aku membisu. menghadap wajahku ke arah batu-batu. dan kenangan yang berlalu? bergerak merambat menjalar dalam nadi-nadi memori yang mulai hidup kembali.

aku berlari menghempas bagai angin topan merindu cakrawala. cakrawalaku, prosa kematian yang puitik. dan sejarah berulang di negeri ini, aku mati lagi dan mengungsi lagi. (**)

makassar, 29092013