Cerita Dari Surga

di dalam surga, seorang anak muda protes kepada Tuhan. Anak Muda: ya Tuhan kenapa aku kau tempatkan di surga paling rendah, sementara orang tua itu Engkau tempatkan di surga yang paling tinggi?

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 10 Desember 2013

Surga yang Tersembunyi

Add caption

Oleh Hamba Moehammad

Kita sering mendengar, istilah "Surga yang tersembunyi" (hidden Paradise). Sesuatu yang sebenarnya ada namun belum sempat didapatkan atau ditemukan dan dikecap nikmatnya.

Meski surga kita kenal dalam literatur agama sebagai tempat dan keadaaan terbaik yang disediakan Tuhan di akhirat sebagai balasan atas kebajikan hamba-hamba-Nya di dunia, namun terkadang kata surga sering di gunakan sebagai perumpamaan akan keadaan atau tempat di bumi yang kira-kira menurut kita cukup mewakili keindahan surga yang sesungguhnya itu.

Ketika berbicara surga, erat kaitannya berbicara tentang kebahagiaan yang diperoleh kini di sini, di dunia ini. Kekal atau sementara, itu persoalan lain.

Bila hidup kita tenang, negeri kita bebas dari perilaku koruptif dan kesewenangan para pejabat, lingkungan kita aman dan damai, dengan tetangga kita akur-akur saja, membiasakan bersikap ramah dan suka menolong sesama. Maka inilah surga itu, surga yang mungkin selama ini kita abaikan karena sibuk memburu dan menyikut. Meski sekali lagi, surga ini barangkali tak sepadan dengan surga yang dijanjikan Tuhan dalam kitab suci.

Kita biasa mendengar dan membaca ungkapan, "Rumahku adalah surgaku". Surga dimana keluarga kecil hidup menabur dan menebar cinta, berbagi kasih sayang. Bila rumah tangga hidup dengan tujuan mulia, tujuan sebagaimana janji pernikahan pernah diikat, maka sebenarnya kita telah menciptakan surga kecil di dunia ini. Surga yang setiap penghuni memainkan perannya dan membangun kebahagiaanya. istri adalah bidadari keluarga, anak-anak adalah malaikat kecil yang mewarnai semarak keluarga, dan suami adalah tuan yang bijak.

Alangkah indahnya kehidupan seperti ini. Dan jika ada kehidupan seperti ini, maka untuk apa kita mencari seurga lain di luar sana yang belum tentu kualitasnya sama dengan surga yang ada dalam rumah sendiri?

Jika benar 'Rumahku adalah surgaku", jangan-jangan inilah surga yang dimaksudkan Tuhan itu. Surga yang dijanjikan-Nya kepada mereka, yang hidupnya diisi dengan hanya menabur cinta dan berbagi kasih kepada keluarga dan sesama.

Kalau begitu, cukuplah kita ciptakan kebahagiaan di rumah, di lingkungan dimanapun kita pergi, maka sejatinya kita telah menghadirkan surga yang hilang itu, surga yang tersembunyi selama ini. (**)

Makassar, 10 Desember 2013

Senin, 09 Desember 2013

Mulutmu adalah Kambingmu (Bukan Harimaumu)

blog-venus-venus.blogspot.com 

Oleh Hamba Moehammad

Ketika menjelang suksesi Pemilihan Umum (Pemilu), kita melihat di berbagai media baik cetak, online, maupun media televisi, Partai Politik (Parpol) peserta Pemilu berlomba-lomba membangun citra diri dengan memperkenalkan diri melalui tayangan iklan. Aneka jargon atau slogan yang apik siap memikat hati kita para penonton atau pembaca berita di media yang bakal menjadi pemilih.

Masih lekat dalam ingatan kita ada slogan "Katakan Tidak Pada Korupsi". Ini jargon iklan salah satu Partpol pemenang Pemilu. Bila tidak ditelisik secara mendalam, kita bisa tertipu dengan jargon politik di atas. Kata-kata terkadang diramu sedemikian rupa sehingga terdengar manis, meski dalam kenyataan, yang ada hanya kepahitan demi kepahitan.

Jargon politik di atas sebenarnya tak memiliki pengertian yang gamblang dan jelas. Maknanya kemunginan sengaja disamarkan untuk menutupi maksud terselubung. Namanya juga juga jargon politik. Orang awam mungkin memahaminya bahwa jargon di atas ingin mengajak kita untuk tidak berkompromi dengan aneka perilaku dan tindakan yang menjurus pada korupsi. Sayang realitanya, begitu banyak kasus korupsi justru dilakukan oleh kader Parpol.

Padahal mungkin saja makna sejati jargon di atas adalah katakan saja "tidak" ketika anda diduga korupsi, padahal anda memang melakukan korupsi. Atau yang lebih gamblang, jargon di atas bisa diubah menjadi, "Katakan saja tidak padahal korupsi" atau anda punya pendapat lain.

Ada lagi jargon "Suara Partai Suara Rakyat" atau "Suara Rakyat Suara Tuhan". Meski mungkin maksud dari jargon ini adalah ingin menjadi pionir dalam upaya menjembatani aspirasi rakyat dan berharap rakyat memberikan mereka kepercayaan untuk memperjuangkan nasib mereka. Rakyat adalah representasi dari keinginan Tuhan untuk memilih pemimpin yang amanah dan bisa membawa kesejahteraan. Sayangnya lagi-lagi, realitanya malah berkebalikan. Hingga saat ini rakyat yang katanya suara Tuhan, kepentingannya malah diabaikan, dianaktirikan, bahkan malah dieksploitasi untuk kemakmuran partai dan pemilik partai.

Tapi kini rakyat sudah semakin melek politik. Mereka sudah belajar dari pengalaman pahit bertahun-tahun bahwa Parpol bukan lagi sarana yang ideal untuk dipercaya memperjuangkan aspirasinya. Kini mereka lebih menjatuhkan pilihan pada sosok atau tokoh atau person yang mereka nilai bisa memperjuangkan aspirasi mereka, tak peduli dari mana asal partainya, sukunya, agamanya atau latar pribadi lainnya.

Jika para pengurus Parpol tak jelih membaca fenomena ini, maka sehebat apapun sihir jargon, tak lagi mempan bagi rakyat yang bosan dikibuli. Rakyat sudah imun dengan serbuan virus-virus jargon politik kotor.

Mereka, para pengurus Parpol harus mencari cara lain untuk merayu hati rakyat yang terlanjur putus cinta dan pengharapan terhadap rekam jejak Parpol. Jika tidak, jargon-jargon malah menjadi bumerang dan menjadi bahan lelucon semata. Kita bisa mengatakan hal ini dengan ungkapan baru, "Mulutmu adalah Kambingmu" dan bukan lagi "Mulutmu adalah harimaumu" karena terkadang "kambing" jauh lebih rewel ketika lapar ketimbang "harimau". (**)

Makassar, 9 Desember 2013

Perlukah Saya Mengucapkan Selamat Hari Anti Korupsi?

www.padangmedia.com

Oleh Hamba Moehammad

Apakah dengan mengucapkan demikian, simsalabim persoalan korupusi di negeri ini akan enyah dari hiruk pikuk keseharian kita di negeri ini? Oalah terlalu banyak perayaan dan seremoni di negeri ini. Yang kita butuhkan adalah aksi, bukan sekadar basa-basi slogan dan jargon.


Lebih baik saya mengucapkan "terima kasih" kepada mereka yang tak melakukan bahkan tak berniat korupsi, karena mereka tidak menambah pekerjaan berat untuk KPK.

Saya juga menghaturkan terima kasih kepada mereka yang telah bertobat dan berjanji untuk tidak lagi melakukan tindakan koruptif, karena selain berdosa, perbuatan koruptif juga tidak baik untuk kesehatan jiwa dan raga.

Lebih dari itu,saya berterima kasihkepada Tuhan Yang Mahaesa, yang hingga saat ini masih berkenan memberi kita kesempatan untuk memperbaiki diri, keluarga dan bangsa ini, sembari berharap, semoga semua persoalan yang sedang terjadi di negeri ini, hanyalah cobaan dari-Nya, bukan azab. Amin. (**)

Makassar, 9 Desember 2013
Selamat buat anda yang merayakan Hari Anti Korupsi

Terima Kasih Kuhaturkan

dewasadewa.wordpress.com 

Oleh Hamba Moehammad

Terima kasih merupakan ungkapan rasa syukur atas segenap karunia. Terima kasih merupakan ungkapan tulus, lahir dari hati yang dipenuhi cinta. Terima kasih merupakan ungkapan balas budi meski tak setimpal.

Terima kasih adalah pengakuan keterbatasan hamba kepada Tuhan yang begitu melimpah mengaruniakan, begitu mudah memberi, begitu murah memaafkan danmelupakan kesalahan.

Terima kasih merupakan bentuk lain dari membalas budi yang mungkin tak sepadan dengan cinta yang diberikan. Terima kasih juga merupakan pengakuan atas segenap keterbatasan dan kelemahan namun tahu diri.

Terima kasih ingin kuhaturkan:

Kepada Allah yang hingga kini masih kuterima sebagai Tuhan, yang masih kupercaya sebagai tempat muara segala hajat

Kepada Muhammad Sang Nabi, tokoh favoritku yang hingga kini belum kudapati pengganti yang sepadan.

Kepada orang-orang yang menjunjung nurani dan kewarasan berpikir di tengah kegilaan yang akut, orang-orang shaleh dan sederhana yang menjadi teladan hidup manusia, yang membakar semangat untuk senantiasa mendamaikan, yang menjadi pencerah di tengah kesemrawutan, yang menjadi inspirator lahirnya kreasi kebajikan di tengah kejumudan laku dan pikiran.

Kepada kedua orangtuaku, ibu, yang menjadi wanita pertama dan cinta pertama dalam hidupku. Bapak, dengan segenap rasa cinta dan penghormatan atas jasa-jasanya. Kepada saudara (kakak dan adik) yang selalu menjadi telaga inspirasi. Juga segenap cinta ikhlas dari keluarga besarku yang tak bisa kusapa satu-satu. Hanya kepada-Nya segenap cinta dan kebajikan dibalas setimpal.

Tak lupa kepada semua yang pernah mengenalku, kepada segenap yang pernah singgah dalam hidupku. Terima kasih berlimpah kuhaturkan. Semua kenangan itu tetap terpatri dan selalu abadi di hati ini. Hanya ini yang bisa kuhaturkan dari lubuk terdalam hati. Tak lebih, dan mungkin banyak kurangnya. (**)

Makassar, 8 Desember 2013

Minggu Pagi, Mau ke Mana?

www.myinfrared.com

Oleh Hamba Moehammad

Selamat menyambut pagi dan selamat berakhir pekan.

Untuk suasana pagi sebelum matahari sepenggalan, mungkin anda sudah bersiap-siap dengan agenda masing-masing: memancing bersama keluarga di kolam belakang dapur/di sungai yang mengalir di bawah kolom rumah panggung anda, bersepeda bersama mantan pacar sembari menggosipi pacar masing-masing, jalan-jalan pagi bersama binatang kesayangan (anjing, kambing, kuda, kerbau atau unta), atau mungkin anda punya kegemaran memberi makan burung yang paling ada sayangi dari pada kucing kesayangan suami atau istri anda.

Selain pagi di hari minggu yang memang selalu dinanti, anda mugkin punya seabrek rencana bersama keluarga untuk menghabiskan waktu di pantai, atau sekadar janji ketemu dengan komunitas yang punya hoby olah raga tradisional misalnya, main kelereng, main egrang, petak umpet dan sejenisnya. Atau bila anda ibu rumah tangga, mungkin anda punya agenda arisan setiap hari minggu bersama tetangga atau kenalan dari luar negeri. Bila anda seorang suami, bersama rekan bisnis punya kumpulan para suami yang gemar menceritakan masakan istri yang kelebihan garam, atau seduhan kopi yang ditambahkan dengan garam, atau saling memamerkan kalau anda punya istri/pacar paling cantik di atara rekan-rekan anda. Dan masih banyak aktifitas lain di hari minggu.

Intinya, hari minggu adalah waktunya untuk melampiaskan aktifitas yang tak ada kaitannya dengan sekolah dimana PR yang berjibun, Kuliah dengan tugas presentasi dari dosen yang menyebalkan, tugas kantor yang kadang membuat maag dan darah tinggi kambuh, omelan bos yang bikin migrain, dan lain sebagainya.

Meski hanya sehari, hari minggu adalah hari yang spesial. Hari yang istimewa buat anda. Hari dimana anda sesaat merasa sebagai orang merdeka, orang yang baru selesai dari masa penjajahan rutinitas kerja, kerja, dan kerja.

Bagi anda yang tak punya hobi keluar rumah, mungkin anda hanya menghabiskan waktu seharian untu bermalas-malas di kamar tidur sambil menghayalkan artis idola datang bertandang ke rumah anda, atau membaca buku komik kesukaan anda yang sempat tertunda selama seminggu, atau mingkin menonton film kartun kesayangan di salah satu stasiun tivi favorit.

Namun satu pesan dari saya, hindari anak-anak anda dari memelototi berita gosip para selebriti yang lagi musim kawin cerai, atau berita kasus korupsi dan selingkuh para politisi yang lagi ramai menyewa jasa dukun jelang Pemili 2014 mendatang.

Lagi pula kenapa kita harus begitu sibuk dengan apa yang dialami para selebriti? Mereka yang cerai, lantas mengapa kalian yang memaki? Kenapa juga kita mesti menggerutu kasana kemari ketika politisi kedapatan mencuci uang? Mereka yang mencuci uang, kenapa kita yang basah kuyup tersungut-sungut?

Itu saja yang bisa saya sampaikan. Jika lebih, jangan pernah bosan menerima dan jika kurang, mohon ditambahkan. Semoga hari minggu anda menyenangkan, semoga akhir pekan anda berkesan. Hingga esok pagi, ketika anda hendak kembali melakukan rutinitas, anda punya semangat untuk menerima tatangan PR baru dari guru di sekolah, anda punya ide baru bagaimana menaklukan beban kuliah dari dosen, anda tetap cerah ceriah ketika menerima tumpukan tugas di kantor, dan anda puya hati yang selalu lapang untuk menerima omelan-omelan bos.

Sekian dan terima kasih. Wassalam. (**)

Makassar, 8 Desember 2013

Semuanya Tergantung Argumentasi

dikdas.kemdikbud.go.id

Oleh Hamba Moehammad

Mencermati aneka perdebatan terutama perdebatan tentang kebijakan yang mengundang pro dan kontra, entah di televisi, di dunia maya, atau diforum-forum debat lainnya, saya berkesimpulan, ternyata, benar atau salah sangat ditentukan oleh seberapa lihainya kita berargumentasi dan mempertahankan argumentasi kita. 

Kita bahkan sama sekali tak peduli sedag berada pada pihak yang benar atau salah, pro atau kontra, setuju atau tidak setuju, terima atau tidak terima.

Intinya, sejatinya tidaka ada yang salah, tergantung argumentasinya.

Tak heran bila dalam keseharian kita, kita dapati penjahat/koruptor/pencuri bisa lolos dari hukuman karena argumentasi yang didukung bukti-bukti yang membuktikan kalau dia tak bersalah. Meski sebenarnya dia penjahat/koruptor/pecuri.

Terngiang sebuah ungkapa yang entah di mana saya pernah mendengarnya yang mengatakan begini:

"Kebenaran yang tak terorganisir, dapat dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir."

Dan situsi dan kondisi seperti ini sedang terjadi di negeri kita ini. Dan lihatlah siapa yang sedang berkuasa di negeri ini, juga siapa yang sedang meraja di dunia ini.

Makassar, Desember 2013

Amnesia di Malam Minggu

www.republika.co.id

Oleh Hamba Moehammad


Kapan kita pernah benar-benar berbicara
satu sama lain?
Di mana?
Aku tak bisa ingat.

Aku bahkan tak ingat 
di mana kita pertama kali bertemu
dan saling kenal.
Di warung coto makassar?
Di pasar sentral?
Di anjugan patai losari?
Di kedai yang menjual kopi panas?
Aku tak ingat, tak bisa ingat.

Aku tidak tahu.

Makassar, 7 Desember 2013
Ketika hujan lebat mengguyur kota sedari sore

Dusta Demokrasi

hijrahdarisyirikdanbidah.blogspot.com

Oleh Hamba Moehammad

Berbicara demokrasi, selama ini kita dininabobokan oleh para pengagum dan pendukungnya dengan jargon "Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.' 

Realitanya, prinsip demokrasi malah kebalikannya: dari rakyat, oleh partai, dan selanjutnya hanya untuk segelintir elit. Ini nyata, dan terjadi dinegeri elok yang sangat kita cintai bernama Indonesia ini.

Demokrasi yang selama ini kita agung-agungkan terbukti gagal mensejahterahkan masyarakat bangsa ini. Lebih dari itu, demokrasi hanya dimanfaatkan untuk melegitimasi dominasi dan kekuatan segelintir elit.

Sejarah telah mencatat kenyataan, semua bangsa yang mengaku-ngaku "demokratis" justru kerap memperalat suara rakyatnya untuk kepentingan pribadi dan kroninya.

Kita jadi bertanya-tanya: apakah benar sistem demokrasi begitu baik dan jitu sehingga ia menjadi pilihan satu-satunya yang ampuh agar kita bisa dihargai dan dihormati oleh dunia?

Sementara kita sebagai rakyat umumnya tetap tinggal sebagai bagian-bagian untuk diperalat suaranya demi melanggengkan jabatan dan kuasa politik segelintir mereka.

Pemilu 2014 sebentar lagi akan tiba. Kita menyebutnya pesta demokrasi. Masihkah kita percaya dengan pesta yang ironis, dan sistem yang terbukti gagal ini?

Walaupun kenyaataannya, pada setiap perhelatan pesta demokrasi ini, kita sebagai rakyat tak pernah diberi pilihan untuk menentukan siapa yang (lebih) layak menjadi pemimpin. Kita hanya disodorkan pilihan-pilihan yang sudah ditentukan lobi-lobi elit Parpol. Inilah dusta demokrasi.

Makassar, Desember 2013

Realita Senyum dan Kaca Mata Bening

onlyriboet.blogspot.com

Oleh Hamba Moehammad

"Tuhan tak pernah menjanjikan langit akan selalu biru. Tapi yakinlah setelah mendung dan hujan akan ada pelangi yang indah."

Entah dimana kata-kata bijak di atas saya pungut. Namun kata-kata di atas punya pesan mendalam. Mengajarkan kita sebuah pengharapan. Mencoba melihat realita tidak dengan kacamata hitam dan putih atau kacamata berwarna lainnya.

Mari kita melihat realita dengan kacamata bening. Saya ulangi, memandang realita dengan kacamata bening. Ini penting karena betapa kerap kita salah kaprah, salah sangka dan cenderung subyektif kala melihat dan memeberi nilai.

Selain itu, hal lain yang perlu kita sadari adalah hidup ini memang tak melulu mengumbar senyum. Apa lagi di jaman kita ini, senyum terkadang punya tujuan-tujuan tertentu, punya maksud terselubung. Tergantung yang empunya senyum.

Ada senyum yang memang dilatih dan dipersiapkan untuk menarik simpati, terkhusus konstituen jelang pemilu raya. Senyum jenis ini kita boleh menyebutnya senyum komersil.

Ada juga senyum yang dikhususkan untuk menarik simpati lawan jenis. Ini namanya senyum menggoda (bagi lelaki) atau senyum sensualitas (bagi perempuan). Dan senyum jenis ini anda adalah manusia yang paling berpengalaman.

Ada lagi senyum yang dipersiapkan untuk menghina dan merendahkan seseorang yang dianggap seteru atau saingan politik, atau rival bisnis. Nah kalau yang ini namanya senyum sinis. Dan masih banyak lagi model dan macam senyum lainnya. Silahkan anda jalan-jalan ke pasar, beli bumbu senyum dan berkreasi sendiri.

Akhirnya, marilah kita tetap mengumbar senyum di tengah kegetiran hidup ini. Mari menebar senyum ketika dunia dirundung murung. Mari memberi senyum meski keadaan negeri ini sedang karut-marut. Lebih dari itu, mari kita memperbaiki niat dan membudayakan senyum. Karena senyum menurut ajaran agama, juga adalah sedekah.

Ditengah realita kehidupan kita yang serba abu-abu dan kabur ini, selain kesenangan dan kemudahan, ada saat-saat dimana kita merindukan kemurungan, kecemberutan, atau hal-hal remeh yang kadang membuat kita jengkel, kesal, marah-marah tak karuan. Bahkan untuk sesuatu yang sebenarnya sangat sangat sepele.

Inilah pelangi hidup. Meski berbeda warna, namun akan indah bila semua warna bersanding mesra bukan? Selamat bersenyum-senyum ria buat anda yang pehobi senyum. Dan jangan lupa, kenakan selalu kaca mata bening untuk memandang realita hidup yang sering tak terduga ini. (**)

Makassar, Desember 2013

Rabu, 04 Desember 2013

Identitas Diri dan Jati Diri Kita

elisabethhilda.blogspot.com

Oleh Hamba Moehammad

Lihatlah betapa hari ini kita begitu mengagung-agungkan tuhan, adat dan hukum yg lain, sedangkan apa yang nenek moyang kita berikan, kita tinggalkan. Adakah rasa rendah diri sudah sedemikian akut sehingga kita buta melihat kearifan dan budaya kita sendiri? Ataukah mental terjajah dan inferior masih betah hinggap dikepala kita?


Tak perlu jauh-jauh; betapa kita melihat hari ini selera makan kita, selera berbusana kita, selera musik kita, bahkan selera beribadah kita hanya mengekor pada selera luar yang masuk dan menjajah kita. . Ketika berbelanja, kita lebih memilih membeli di indomart, hypermart, alphamart dan sejenisnya. Meski yang mau dibeli itu mie instan. Ketika hendak makan, kita lebih memilih makan di restoran cepat saji, padahal warung coto dan konro, sop saudara bertebaran.

Ketika hendak mendengar musik, dengan bangganya kita lebih menggemari aliran musik yang menghentak dan memekakan telinga yang diimpor dari luar negeri. Sedangkan aliran musik daerah dengan menggunakan instrumen jimbe, kecapi, sasando, gambus, rebana, mendolin, angklung, dan sebagainya kita anggap kolot.

Kearifan lokal kita ganti dengan standar moral kepantasan manusia moderen. Kebijakan pemerintah dalam negeri menjiplak negara lain. Menjadi hal yang lumrah ketika kita mendengar teriakkan, agama itu urusan pribadi kita dengan Tuhan dan tidak boleh dibawa-bawa ke ranah publik. Maka tak heran bila marak terjadi penyalahgunaan wewenang, korupsi, penipuan yang dilakukan oleh pejabat publik. Ini karena Tuhan tak mereka bawa ke kantor mereka, agama tak mereka bawa ke tempat kerja mereka sehingga keputusan yang diambil tanpa mempertimbangkan ajaran Tuhan.

Kita menjadi generasi fotokopi. Ketika di sekolah, kita hanya diajarkan dan dibiasakan untuk memfotokopi ide dan gagasan orang. Ketika kuliah, kita malah memilih jurusan yang menjadikan kita menjadi ahli fotokopi. Dan ketika kita lulus, kita menyandang predikat tukang fotokopi terbaik dan berhak mendapat gelar Sarjana Fotokopi. Pada tataran yang lebih tinggi dan kompleks, sistem yang kita anut pun semuanya hasil fotokopi (kalau enggan mengatakan hasil rampokan) dari luar.

Mereka bilang adat nenek moyang kita sudah ketinggalan zaman. Mereka berkata begitu karena mereka tak mengenal dengan baik kearifannya. Sepertinya mereka harus mendefinisikan kembali apa itu kearifan lokal sebelum mereka benar-benar menjadi orang lain, menjadi boneka, menjadi kerbau yang dicocor hidung untuk mengabdi kepada kepentingan yang bernama "asing" itu.

Teringat sebuah status facebook dari Jenar Valdano Kleden. Dia menulis begini:

Tuhanku adalah semesta alamku
agamaku adalah adat istiadatku
hukum yang mengikatku adalah hukum nenek moyangku
itu semua yang menghidupkanku.(**)

Makassar, 4 Desember 2013

Pada Hidup yang Absurd

nizhami.wordpress.com

Oleh Hamba Moehamad


Kubidik wajahmu di antara lalu lalang peristiwa dan karut wajah. Hilang dan retak-retak seperti rumah-rumah yang telah mereot, juga tanah yang merekah.

Pernah kuajak kau mengembara, menelusuri jejak komet, mengitari deretan gemintang dan terus berputar di antara hamparan tarian galaksi. Kita ingin memberontak pada hidup yang absurd.

"Sekira hidup ini indah, kenapa ada perang? Kenapa ada kematian," Kau bertanya suatu ketika. Butuh waktu untuk merenung dan mencari jawaban.

"Ya tak kenapa-kenapa. Bukankah kematian itu kata lain dari cinta? Damai itu pereng juga adanya kan?" Aku mencoba menjawab. Sebenarnya aku juga bingung dengan jawabanku sendiri. Tapi aku tak ingin kau kecewa.

Jika kita beradab, kematian itu wewenang dan kuasa Tuhan. Kita tak punya hak untuk merampoknya dengan senjata dan kuasa.

Makassar, 4 Desember 2013

Menyapa Kenangan

ilmukita86.blogspot.com

Oleh Hamba Moehammad

Kau masih ingat? Saban sore bila laut surut, bersama kawan sekampung, kita ramai mencari siput, menangkap belut, mengejar kepiting, asyik bermain bola di hamparan pasir putih. Hanya suara mengaji dari menara surau yang bisa menyadarkan kita kalau magrib sebentar lagi akan tiba.

Itulah kepingan-kepingan kenangan masa kanak kita yang coba kita rekat kembali di sela sisa ingatan yang tergerus oleh kesibukan sebagai orang kota. Mengenang kenangan memang selalu indah, apatah lagi kenangan masa kanak.

Memang terkadang seiring berjalannya waktu, ketika kita tak punya cukup waktu karena himpitan kesibukan, betapa kita ingin mengulang sesuatu yang mungkin kini kita rasa begitu cepat pergi. Namun apa daya waktu tak bisa diundur, tak bisa diulang.


Da tak terasa kita seakan berdiri di ufuk zamaan anta beranta. Dan mencoba melihat ke masa lalu yang sudah terlanjur jauh itu. Kita ingin berteriak. namun suara kita terlanjur tercekat di tenggorokan waktu yang terus melaju tanpa ampun. Kita hanya bisa mengenang masa lalu kita. Masa yang kini telah jadi kenangan. Pada detik ini kita hanya bisa bernostalgia.

Lewat ingatan yang semakin menua, kita coba untuk terus menyapa masa lalu kita, masa kanak-kanak kita yang kini kita sebut indah itu. Kita menyapa ufuk yang tak bertepi, kita menyapa laut yang tak perna sepi, kita menyapa pantai yang tak ingin pergi. Lebih dari itu, kita ingin menyapa diri kita yang dulu lagi.

Hanya orang amnesia (gila) yang lupa dengan masa lalunya. Dan kau tak termasuk salah seorang yang gila itu kan?

Makassar, 3 Desember 2013
Ketika laut surut bulan desember di kampung kita.

Senin, 02 Desember 2013

Menulislah Karena Kau suka! Itu Saja.



Oleh Hamba Moehammad


Menulis itu pekerjaan seni. Maka seorang penulis juga adalah seorang seniman. Dia boleh disebut "seniman kata-kata". Disebut begitu karena seorang penulis senantiasa bergelut dengan merangkai kata menjadi kalimat, menjadi paragraf, selanjutnya mejadi sebuah bacaan utuh. Dari sini lah lahir maha karya tulis.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”Demikian kata-kata Pramodya Ananta Toer.

Seorang Nabi/Rasul memang telah mati. Tapi yang mati hanyalah jasadnya namun ajaran-ajarannya tetap abadi. Begitu juga dengan seorang penulis. Dia juga akan mati, namun karyanya akan tetap hidup, dia akan tetap mengabadi melalui karya tulis yang ditinggalkannya.

Ingat, sebagai penulis pemula, dalam menulis, kau tidak perlu merasa takut akan melanggar pakem yang telah diatur sebelumnya. Atau semua omong kosong yang ditulis orang-orang tentang tata cara menulis yang baik-benar

Yang kau butuhkan saat menulis seperti ini adalah jangan “buta huruf”. Sederhana. Kalaupun buta huruf, mintalah orang lain untuk menuliskannya. Gampang kan?

Pohon adalah “huruf”, sungai adalah “huruf”, bayi yang menangis adalah “huruf”, manusia adalah “huruf”, perasaan adalah “huruf”, seluruh alam semesta adalah “huruf” dari “tulisan” sang Maha Pencipta. Maka “bacalah” karena setiap hari adalah “tulisan” dan tulisan ini hanya bentuk lain dari “tulisan” yang lebih besar.

Menulislah karena kau suka. Dan kalau orang-orang menganggapnya tidak bermanfaat, selalu ada pilihan untuk menutup tab browser, atau mengempaskan pena ke lantai, atau membiarkan keyboard komputer anda menganggur. Dan tentu saja pilihan untuk mencari hal yang lebih bermanfaat.

Akhirnya, selamat mencoba untuk menjadi seorang penulis. Anda punya misi nan mulia, yaitu menuliskan keabadian. Semoga. (**)

Makassar, Desember 2013

Wahai Pak Dosen! Buat Kami Pantas Disebut Mahasiswa

Oleh Hamba Moehammad

Dan inilah jeritan mahasiswa...


Wahai Pak Dosen!  Ajarkan kami ilmu pasti. Bukan ilmu fotokopi. Bapak tahu kan yang namanya Ilmu?  Sesuatu yang bisa diaplikasikan,  bukan sesuatu  yang hanya sekadar retorika bualan. Sungguh, kami tak butuh itu Pak.

Pak Dosen, Bu Dosen! Kemana uang biaya kuliah dengan berbagai merek pungutan itu? Macam-macam biaya. Ada SPP, DPP, BOP, PMB, Training ESQ, dan masih banyak lagi nama biaya yang harus dihapal sekaligus dibayar. Kok kami tak diberi pelayanan sebagaimana yang dijanjikan?

Cukuplah kami ditipu dengan biayaa kuliah yang selangit. Biaya kuliah yang dikumpulkan orangtua kami dengan bermandi peluh. Orangtua kami iklas kok. Tapi sekarang, mana ilmu yang ditawarkan itu? Mana fasilitas yang dijanjikan itu?

Katanya kuliah di ruang ber-AC, tapi saat menerima pelajaran, kami malah bawa kipas angin sendiri karena kegerahan. Katanya kami akan  diajar oleh dosen yang bergelar Professor, Dr, Ir, KH, Ph.D dengan aneka kualifikasi ilmu mentereng lainnya, eh kami malah semakin tolol. Pikiran kami justru tak bisa menyerap pelajaran. Katanya kami akan belajar dengan menggunakan aplikasi terknologi yang tiap hari di up to date, eh kami malah selalu ketinggalan dengan mahasiswa di luar negeri.

Wahai Bu Dosen! Hentikan ceramahmu sekarang juga. Kami bukan boy band dengan banyak gaya dan aksesoris. Tapi kami datang untuk menimba ilmu mutakhir guna mengubah dunia yang lagi sakit-sakitan ini. Bukan pula sekadar mendengar ocehan yang lebih besar bohongnya dari pada kebenarannya itu.

Tolong  bersungguh -sungguhlah. Lakukan sesuatu dengan total untuk kami. Janganlah jam mengajar di kelas, dipakai untuk mencari tambahan penghasilan  di luar sana. Jadi tukang bentorlah, jadi makelar kasuslah, jadi rentenirlah, jadi konsultan politiklah. Lalu kami dibiarkan dengan  perintah tugas fotokopian yang hanya menyita waktu, buang-buang tenaga kami.

Pak Dosen! Berikan kami tugas-tugas yang sangat besar. Bukan tugas yang remeh-temeh itu. Beri kami tugas  yang dalam dua detik bisa membuat para pengecut jatuh pingsan. Tugaskan kami membina para peminta-minta yang ada di jalanan. Berilah kami tugas rekayasa genetika untuk menciptakan beras yang bisa panen dua minggu sekali…

Atau Pak Dosen,  tugaskan kami menjadi agen rahasia yang membongkar deretan kasus-kasus korupsi yang meraja di negeri ini. Kalau tidak, bisa juga sekedar tugaskan kami menjadi badut-badut konyol untuk membuat dunia setidaknya bisa tertawa…

Atau Bu Dosen, sekalian tugaskan kami melakukan ekspedisi pendaratan di Bulan. Atau apapun hal-hal yang setidaknya bisa membuat kami pantas disebut, MAHASISWA! Dan bukan sebut saja, MAHASISWA.. Itu saja. Bapak dan ibu paham kan? (**)

Minggu, 01 Desember 2013

Tentang Cinta dan Pernak Perniknya

my-shophost.blogspot.com
Oleh Hamba Moehammad

Untuk mereka yang tanpa sengaja sering jadi korban, juga buat mereka yang dengan suka rela menjadi korban cinta muda mudi. Oya, jangan lupa senyum sebelum mulai membaca tulisan ini. Karena setelah anda selesai membacanya, saya tak menjamin anda masih tetap tersenyum... :D


Orang bilang, cinta itu buta. Dan karena buta, cinta tak memandang kepada siapa dia akan jatu (maksudnya jatuh cinta). Di sini, pihak yang sering dijatuhi cinta adalah muda-mudi alias ABG (meski yang sudah tak lagi ABG pun masih sering dijatuhi cinta, hanya rasanya mungkin sedikit berbeda). Coba tanyakan kepada para ABG, sudah berapa kali dia kejatuhan cinta atau jatuh cinta. Kalau dia mengatakan satu, atau dua, atau tiga kali jatuh cinta, kemungkinan besar dia berdusta. Apalagi yang cowok. Hehehe.


Soal cinta dan jatuh cinta bagi saya, itu manusiawi, dan sah-sah saja sepanjang masing-masing saling suka dan bisa mengendalikan diri untuk melakukan hal-hal yang belum waktunya untuk dilakukan. Tapi yang saya tak habis pikir di sini adalah mengapa ketika mendekati cewek misalnya, seseorang cowok mesti mendadak menjadi penipu ulung? Kenapa mereka tiba-tiba menjadi raja gombal? Apakah para cewek memang suka kalau digombal-gombal begitu?


Maka lihatlah! Para cowok-cowok malang ini sibuk membekali diri dengan buku sajak yang rada-rada melankolis. Ada juga berusaha keras menghafal aneka lagu-lagu yang liriknya mengeksploitasi cinta secara berlebihan untuk pujaan hatinya. Mereka menjanjikan dunia pada para cewek pujaannya dengan kata-kata gombal yang sebenarnya sekadar kumuflase.


Padahal, nyatanya, 90% para pemburu cinta ini justru berakhir menjadi pujangga patah hati dan akhirnya bisa ditebak: tanpa ba-bi-bu memanjat gedung tinggi atau menara sutet PLN untuk mengakhiri hidupnya. Kalau pun ada yang berhasil, nasib mereka tidak jauh lebih baik. Oh cinta memang sungguh-sungguh buta, atau ini sebuah parade kegilaan?


"Memang menyakitkan ketika cinta ditolak, tapi lebih sakit bila mencintai seseorang yang justru tak mencintai kita," ini kata teman saya. Filosofis nian kata-katanya ini. Entah darimana dia mencomotnya. 


Ah tapi kenyataannya kawan? Meski cintanya tak dibalas pun, terkadang seseorang tak peduli. Nah kalau yang begini, bukan lagi namanya cinta buta tapi CINTA GILA (ditulis dengan huruf kapital semua Bung)


Tapi tunggu dulu sobat! Dengan cara yang penuh basa-basi seperti itu, masihkah itu disebut cinta? Begitu juga dengan cewek-cewek itu, kenapa mereka dengan beraninya mempercayai bujuk-rayu para cowok playboy itu sebagai cinta? Apakah bagi seorang cewek, cinta itu hanya bisa dipahami dengan perasaan semata, tanpa ada pertimbangan-pertimbangan logika? Ataukah cinta memang punya logika sendiri?


Ah betapa ironisnya. Ketika hendak menyelami cinta, kerap kita justru dibuat hanyut dan akhirnya tenggelam. Dan yang lebih ironis lagi, ternyata Guru SD kita dahulu tak pernah mengatakan kalau tumbuh jadi pria dewasa akan seruwet ini. Dan mendekati wanita mestinya tak serumit ini bukan? Tapi sekali lagi, kenyataan selalu berkata lain tentang cinta.


Saya jadi teringat sebuah ungkapan yang entah dimana saya menyimaknya mengatakan begini, "Yang berbahaya dari cinta itu: kita tak pernah bisa merencanakan dan memilih kepada siapa akan jatuh cinta." Wah gawat. Dan toh pada akhirnya saya hanya bisa manggut-manggut dan mengamini betapa cinta susah terpahami, meski dengan ekspresi belum sepenuhnya menerima untuk mengerti. yah tentang cinta dan pernak perniknya itu. :D


Makassar, 1 Desember 2013