Cerita Dari Surga

di dalam surga, seorang anak muda protes kepada Tuhan. Anak Muda: ya Tuhan kenapa aku kau tempatkan di surga paling rendah, sementara orang tua itu Engkau tempatkan di surga yang paling tinggi?

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 23 Oktober 2014

Hidup untuk Mati, atau Mati untuk Hidup?


Hidup untuk Mati, atau Mati untuk Hidup?
(Lagi-lagi ini hanya dialog khayalan saya semata. Tak perlu diimani)

"Kenapa kita hidup?"

"Supaya kita bisa mati"

"Kenapa kita mesti mati?"

"Karena kalau hidup terus menerus, itu namanya kekal alias abadi."

"Tak bolehkah kita hidup kekal?"

"Boleh-boleh saja sih."

"Oya? Caranya?"

"Yah kalau Tuhan menghendaki."

"Apakah kita hidup karena kita punya ruh alias punya nyawa?"

"Bukan. Bukan karena punya nyawa lantas kita bisa hidup."

"Lantas karena apa?"

"Itu karena yang membuat kita hadup adalah kehendak Tuhan."

"Maksud loe?"

"Biar kau punya 1000 cadangan nyawa, tapi kalau Tuhan tak berkehendak, yah percuma."

"Jadi, kesimpulannya apa?"

"Kalau mau hidup kekal, silahkan suap atau sogok saja Tuhan."

"Edan. Memang Tuhan bisa disogok?"

"Yang bilang bisa itu siapa?"

"Yaaaah....."

~HM~

“Saya tidak berdoa kepada Tuhan"


Do'a dan Hal-hal yang Harus Diselesaikan
(Hati-hati..!  Ini hanya percakapan khayalan saya semata. Janga terkecoh)

"Perlukah Kita Berdo'a?"

"Berdo'a kepada siapa?"

"Yah berdo'a kepada Tuhan toh. Sama siapa lagi?"

"Untuk aaapa?"

"Untuk hajat atau kebutuhan kita"

"Hari gini masih berdo'a mengemis hajat dan kebutuhan? Apa kata nenek moyang?"

"Hehehe, kamu ini menghina atau menghibur?"

"Ah saya hanya menghibur dengan cara menghina. Tak usah diambil hati begitu"

Terus, bagaimana kau berdoa kepada Tuhan?"

"Berdo'a? Dengan tengadah tangan penuh harap itu?

"Yah. Yang seperti itu.." 

 “Saya tidak berdoa kepada Tuhan"

"Oya? Apa sebab?"

"Sebab saya tak memiliki apa pun untuk diminta"

"Karena sudah puas dengan apa yang sudah dimiliki?"

"Bukan. Bukan soal kepuasan yang membuat saya memilih untuk tak berdo'a. Tapi karena Tuhan sudah memberi semua yang saya butuhkan.”

(Demikianlah cerita omong kosong saya. Mohon maaf kalau anda merasa tertipu dengan cerita yang sekadar omong kosong saja ini. Toh hidup ini memang kebanyakan sekadar omongan kosong kan? heheh)

~HM~

Minggu, 05 Oktober 2014

Apalah Artinya Sebuah Nama...

Tadi pagi sebelum shalat idul adha, panitia mengumumkan ada 17 ekor sapi dan lima ekor kambing yang akan jadi korban. Di tengah hiruk pikuk itu, saya medengar dua ekor sapi yang akan disembelih tengah berbincang santai. Temanya, "Apalah artinya sebuah nama".
"Broow, boleh kenalan tidak?"

"Boleh-boleh saja. Siapa takut?"

"Namamu apa (bukan siapa)?"

"Namaku Tiada. Kalau kamu?

"Kalau saya, Tak Pernah Ada"

"Kalau boleh tahu, kenapa namamu Tiada?"

"Memangnya ada apa dengan namaku? Ada yang tak lucu?"

"Hahaha. Justru itu makanya saya mau tanya karena namamu lucu."

"Yah karena di kampungku, sayalah sapi satu-satunya yang ada dan dipelihara di sana. Selebihnya kambing, kuda, kucing dan sebangsanya."

"Oooooh... Begitu yah?"

"Ya iya laaaah, masa iya tooooong? Terus kenapa kok namamu, Tak Pernah Ada?"

"Itu juga nama pemberian majikanku waktu di kampung kemarin. Katanya, diantara sesama bangsa sapi, sayalah sapi unggul yang tak pernah ada duanya."

"Waaaaaooo kereeeen...!!"

"Ah santai saja broow. Toh nama hanyalah nama. Apalah artinya sebuah nama. Kalau sebentar kita di sembelih, nama tinggallah nama. Iya kan"

"Tapi menurut saya, nama adalah penanda bahwa kita pernah ada. Paling tidak sebagai kenangan buat majikan kita untuk mengenang kalau dia punya seekor sapi bernama Tiada, atau Tak Pernah Ada. Kalau harimau mati meninggalkan belang, maka kalau kita mati paling tidak kita meninggalkan nama."

"Yayaya... Tapi saya tak butuh dikenang, dan nama tak penting bagi saya. Kerena nama hanyalah penanda,  nama hanya dibutuhkan untuk membedakan satu sapi dengan sapi-sapi yang lain. Bukankah kalau di kampung itu hanya ada satu sapi, maka penamaan tak dibutuhkan lagi?"

"Hmm... saya mengerti alasanmu. Bahkan Tuhan pun sebenarnya tak membutuhkan nama.  Toh tak ada yang serupa dengan-Nya. Kitalah yang memberikan nama pada Tuhan dengan aneka sebutan seperti Allah, Yahwe, Sang Hyang widhi, Amon Ra, Zeus dan sebagainya."

"Benar sekali Mas Broow... Nama diberikan agar kita tidak keliru tunjuk atau salah sebut. Dan itu tak berlaku bagi yang Esa, yang Tunggal, yang Ahad atau sesuatu yang tak ada sama persisnya."

Dan kini tiba giliran kedua sapi itu, Si Tiada dan Si Tak Pernah ada digiring ke arena penjagalan. Dan tiba-tiba ada teriakan dari langit nun disana, "Apalah Artinya Sebuah Nama?".

(Lagi dan lagi, ini juga hanya cerita khayalan saya semata. Maaf bila ada yang tersinggung karena kemiripan nama. Toh ini juga hanya kebetulan semata).

~HM~

Kamis, 02 Oktober 2014

Cantik itu Fitnah, Katanya...

Cantik itu Fitnah, Katanya...


Diantara sadar dan lelapku, tiba-tiba saja saya mendengar perdebatan yang alot antara cicak dan nyamuk malam ini.Temanya tentang kecantikan.

"Kecantikan itu sebenarnya hanya menimbulkan fitnah."

"Maksudmu apa sodara?."

"Yaa banyak orang kemudian berdosa dan terjerumus dalam dosa karena kecantikan."

"Contohnya bos? Biar lebih realistis dan tak sekadar bombastis."

"Dalam sejarah, banyak orang-orang besar yang rusak namanya, jabatannya dan karirnya karena kecantikan"

"Ah mestinya yang dipersalahkan itu mereka yang tergoda. Siapa suru gampang tergoda dengan kecantikan. Kayak anak TK saja"

"Kan ada dikatakan bahwa, siapa yang menjadi penyebab orang berbuat dosa, maka dia juga berdosa broow... Makanya sekolah biar pintar sedikit"

Dan tiba-tiba saja masih di antara lelap dan sadar mendengar perdebatan itu, saya pun protes.

"Terus siapa yang menjadikan kecantikan itu, yang punya ide menciptakan kecantikan?"

"Tuhan...!!" Cicak dan nyamuk menjawab nyaris bersamaan.

"Kalau begitu berhentilah berdebat. Toh Tuhan yang menjadi penyebab kecantikan itu."

Seketika si Cicak dan Nyamuk hanya saling berpandangan tanpa kata. Dan saya pun menutup muka dan telinga dengan bantal. Bosan mendengar debat kusir mereka berdua yang tak ubahnya seperti para anggota DPR yang tak lagi terhormat itu....

(Ini hanya cerita khayalan saya pribadi. Bila ada kesamaan cerita dan nama tokoh dalam cerita ini, yakinkan hati dan imanmu bahwa itu hanya kebetulan semata )..

~HM~