Interupsi
Oleh Hamba Moehammad
Tuhanku,
jika aku menghujatmu,
aku menghujatmu dengan keyakinan
bahwa engkau yang maha, tak akan
terhina
hanya karena hujatan seorang hamba.
Tuhanku,
Apakah aku hanya bisa menghadap padamu
Di saat-saat aku cinta padamu?
Bagaimana jika aku tak lagi cinta
Dan tak mengerti tentang dirimu?
Tuhanku,
Benarkah kitab suci adalah kalam-mu?
Sekira iya, betapa hina diri-mu
Betapa rendah diri-mu
Dan kehendak-kehendak-mu
Tuhanku,
Bagiku, engkau adalah “yang tak
terucap”
Engkau dan kalam-mu
adalah engkau yang tersembunyi
bagi potensi dan ekspresi akal budi
hamba.
Tuhanku,
Bukankah engkau menemui hamba
Dalam iman dan akal budi hamba?
Tapi engkau sendiri jauh lebih agung
Dari pada akal budi dan iman itu
sendiri.
Tuhanku,
Bukankah iman sekadar medium
pertemuan?
Jika iya, maka konsep iman bisa
berubah
Sesuai dataran pengalaman hamba
Yang akan mempergunakannya.
Tuhanku,
Bukankah iman bisa berubah?
Jika iya, maka agama pun tak tunggal
Dan kitab suci senantiasa ditafsirkan.
Dengan kata lain, tak ada yang sudah
selesai.
Tuhanku,
Bisakah dalam keterbatasanku sebagai
hamba,
Adakah sebuah kebenaran yang tak usah
dicari
Dan di rindukan lagi?
|
0 komentar:
Posting Komentar