01.06
Raja Labala; Mayeli atau Lamarongan?
(Menguak Serak Sejarah Kerajaan Labala)
Jujur sejak lama juga sebenarnya goe ingin cari tahu terkait ini. Bukan
bermaksud membela yang satu dan menghakimi yang lain, namun murni
menelusuri kemurnian (kalau enggan mengatakan kebenaran) sejarah
kerajaan labala.
Sebenarnya kita punya banyak bukti sejarah
yang bisa dijadikan rujukan. Sayangnya, seiring berjalannya waktu,
ketakpedulian generasi labala untuk menghimpun bukti-bukti tersebut
sangat minim, bahkan boleh dikata, tidak ada. Makanya kita hanya
mengandalkan cerita lisan yang hanya berdasarkan ingatan. Padahal, yang
namanya cerita, bila diceritakan lisan dari mulut ke mulut dan
diwariskan turun temurun, bisa saja terjadi distorsi (salah tafsir).
Ujung-ujungnya, cerita kemudian menjadi kabur atau malah ditambahkan
tanpa dasar yang sahih.
Makanya sewaktu saya masih kecil,
meski selalu diceritakan asal usul suku-suku yang ada di labala dan
sejarah pelarian raja dari lepan batan pasca peristiwa huru hara, namun sayangnya semua cerita yang dikisahkan
orangtua ketika saya kecil ini, saya malah menganggapnya hanya dongeng
pengantar tidur belaka. Bukan fakta sejarah.
Sedikit refleksi
Kedatangan raja beserta pemangku dan ribu ratunya dengan menggunakan
perahu yang kemudian mendarat di tanjung leworaja. Di tanjung leworaja
ini raja dan ribu ratunya bertemu dengan dua orang kelompok penduduk
asli yang berdiam di tanjung leworaja yaitu Dewa Kaka no Dewa Ari.
Kedua bersaudara ini merupakan cikal bakal penduduk asli suku labala.
Dalam perkembangan selanjutnya, dewa kaka ini memiliki keturunan
orang-orang yang bermarga labala (resiona, kroiona, duaona, enga
daiona) yang bergabung dengan beberapa kle yang juga adalah penduduk
asli labala (lerek, soap,kelobon,kahawolor lewokro,mudaj, lebao,
bakiona dan beberapa kle lain)
Sedangkan dewa ari kemudian
memiliki keturunan yang sekarang menjadi penduduk asli di desa
mulankera (nama asli sebenarnya, Ata Kera). Disini tak bisa di nafikan,
mulankera meski berpenduduk mayoritas kristen, mereka juga adalah orang
labala asli sebelum datangnya pengaruh agama islam-kristen.
Karena
toleransi masyarakat labala yang sangat tinggi akan keberadaan kedua
agama ini, maka diputuskan, dewa ari dan keturunannya memilih memeluk
agama kristen, sedangkan Dewa kaka memilih memeluk agama islam.
Selanjutnya dalam pranata adat, masyarakat mulankera sering disebut
lewo ari (kampung adik) sedangkan leworaja sering disebut lewo kaka
(kampung kakak). Maka tak heran ketika misi kristen membangun sekolah
pertama di labala yaitu SDK Labala, dan bukan SDK mulankera. Ini karena
fakta sejarahnya, masyarakat Mulankera merasa, bahwa mereka juga adalah
orang labala.
Saya bersyukur
karena saya dilahirkan dari keluarga asli labala yaitu campuran empat
suku besar di labala, yaitu dari garis keturunan bapak, saya bermarga
Labala enga daiona (suku asli orang labala) pemilik rumah adat senera
(taran wanan) dan dari garis keturunan ibu (suku mayeli atulangun)
nenek (suku lamarongan) moyang (suku teron). Maaf saya tak bermaksud
membangga-banggakan keturunan, tapi sebagai contoh betapa meski saya
adalah asli putra labala, namun kerap kebingungan ketika ditanya
tentang sejarah labala, termasuk pertanyaan seperti judul tulisan
diatas.
Siapakah Ata Geha (Kiwan Mayeli)?
Persoalan yang sama juga, terkait klaim kedua suku ini
(mayeli vs lamarongan) yang masing2 mengatakan paling berhak mewarisi
tahta kerajaan labala. Istilah raja kre dan raja nela juga masih
menjadi kontroversi.
Info yang bisa goe bagi disini, dalam
silsilah keturunan raja labala adalah, sebelum raja Ata Geha (kiwan
Mayeli) dinobatkan menjadi raja, keturunan raja labala adalah suku
mayeli. Namun ada terputus silsilah raja, lantaran tidak ada laki-laki
dari suku mayeli yang melanjutkan/mewarisi tahta.
Maka
karena suku lamarongan juga merupakan kerabat raja, maka dipanggil
salah seorang kebele lamarongan yang namanya Ata geha untuk meneruskan
tahta kerajaan. Kalau goe tidak salah, Ata geha (orang lain) berasal
dari klan lamarongan reta pukan. Yang keturunannya sekarang adalah
cucu-cicitnya nene heku-anahae. Istri Nene heku yaitu bela anahae
berasal dari suku mayeli atulolon.
Untuk lebih lengkapnya, silahkan masing-masing pulang ke lewotanah dan silahkan mencari/menelusuri jejak sejarah labala.
Bangga aku jadi orang Labala. Satu-satunya kerajaan otonom di kabupaten Lepan Batan (lembata). Kalau anda? (**)
Yupzzz,,,aku jg bangga jd anak Labala"taan onak tou pai soga naran Labala
BalasHapuskae... koda nepa pia onek kae
BalasHapuskae maki pahamo kae omu, sena moe pee.. dg adanya tulisan moene mungkin generasi labla bisa membaca dan mengethui sejarah labala,,awlanya mereka gk taw,atau gk denger cerita dari ortu re'ene mungkin dengan tulisanmu ini bisa bermanfaat buat mereka,, giman ceritanya jejak sejjarah labala yg sebenaranya..
BalasHapuscuman sekedar saran hene,, apa bisa dari tulisan,,mungkin selebihnya di jadikan sebuah buka tentang sejarah alabala..?
tulisan ini adalah Tulisan Paling Mantap ...... Bangga Menjadi bagian Putra Labala hahahahahahahah
BalasHapussekedar saran kanda kalo bisa bagian komentar blog ta' jadikan komentar google Plus saja supaya mudah di komen tidak minta masukkan lagi sandi2, ada pengaturannya di dasbor blogger, tp haruski tautkan bloggerta' sama google plus
BalasHapusAssalamu'alaikum wr.wb. Salam ukhuwah saudaraku, mohon maaf sebelumnya, saya mau bertanya, apakah saat ini marga mayeli masih tinggal di Kabupaten Lembata? Apakah semua marga Mayeli adalah keluarga dan satu keturunan? Mohon maaf, saya bertanya karena sedang mencari silsilah keluarga almarhum ayah yang merupakan marga mayeli juga, dari NTT. Mohon informasinya terkait hal ini. Terima kasih. Wasslamu'alaikum wr.wb.
BalasHapussaya dari suku odel wala kedang memilki sejarah tentang raja labala. mereka ada 5 saudara dan si bungsu adalah odel wala... raja labala adalah turunan dari uyolewun yang bersama 4 saudaranya menggunakan sampan lagadoni sampai ke lepan batan dan pada saat itu terjadi bencana maka mereka pulang ke kedang di noniq dan terjadi perpisahan . bungsu adalah saya, bala lele (raja labala/ bawa harta surat besiloi) koa ulu mado (adonara botung) raya lele (bulan terang laran tuka), lako lele/ lako bori mengalahkan kerajaan munaseli.
BalasHapuskunjungi blog saya: https://riandoedlwala.blogspot.com. tentang mengenal odel wala
Mohon maaf saya cucu,Cece dr Raja Sira paji asal lama Rongan Toby Pukan ayah saya Almarhum Sogan Raja saya juga ingin ke jelasan tentang siapa Raja labala "kendaraan perahu adalah milik oyang hingga sampai saat ini tetap di kenang adanya wato Tena,diatas bumbung Rumah adat"Lama Rongan ada juga tertulis"Lala Labot Bala Lama Rongan"Raja Labala.ini yg membingungkan generasi Labala itu sendiri mohon maaf karena hanya ingin tau sebenar nya saja tidak ada niat untuk saling menggunting.maaf...maaf
BalasHapusMohon maaf beribu maaf wahai anak generasi Labala di manapun berada telusuri kembali sejarah Kerajaan kita Labala yg sebenarnya jangan terprovokasi dengan Kerajaan penjajah terlebih dahulu aku mohon kuburkan Kerajaan penjajah sedalam dalamnya agar kita jangan terjerumus ke dalam politik adu domba penjajah telusurilah sejarah Kerajaan asli di Labala sama halnya kita mempertahan Kerajaan asli di Indonesia pada zaman nya Raja Hayam wuruk. Mohon maaf mari kita sama sama telusuri sejarah Kerajaan asli kita bersama
BalasHapus