Setiap
Kata adalah "Mantra"
Oleh
: Muhammad Baran
Tiap kata adalah puisi-demikian kata sebagian orang.
Mungkin ada benarnya bila ditilik dari sudut pandang sastra. Dalam
sastra-terutama prosa dan puisi-seorang penulis merangkai kata dengan
pendekatan metafora. Artinya, tiap kata adalah multi tafsir, dengan demikian
dia bebas untuk dimaknai-tentu saja sesuai pengetahuan dan kemampuan
masing-masing.
Dengan mempersespsikan kata sebagai puisi, seorang penulis
mencoba menyajikan pemikirannya kepada sidang pembaca dengan kata. Selanjutnya
pembaca mencoba member tafsir atas kata itu. Di sini tak ada pengertian-yaitu
kata-yang benar-benar final. Semuanya bisa diperdebatkan. Hingga pada titik
tertentu. magis makna kata bahkan bisa melampaui usia penutur atau penulisnya,
selama dijadikan bahan rujukan untuk diperdebatkan.
Kata bahkan kadang juga menjadi senjata untuk
meyakinkan, menarik perhatian, dan simpati. Bahkan kata bagi seorang pemuda
atau pemudi misalnya,menjadi senjata untuk meyakinkan kekasih akan ketulusan
cintanya. Kata juga bisa diramu sedemikian rupa ketika musim kampanye politik
tiba guna menyihir simpati dan perhatian konstituen dengan janji-janji. Bahkan
kata juga digunakan seorang hamba untuk memohon dan mengikat janji dengan
Tuhannya.
Kita pun mahfum,
manakala kata menemukan penuturnya atau penulisnya yang tepat, maka dia
mampu mempengaruhi, tak hanya perilaku tapi juga paradigma pikir. Kata bahkan
mampu merasuk ke dalam rasa batim terdalam kita. Para pembawa agama terkemika (para
Nabi) misalnya, dengan bijak menjadikan kata-kata (firman) Ilahiah sebagai
sarana mengajak manusia ke jalan Tuhannya.
Sampai di sini,
bagi saya-dengan melihat keampuhan dan daya magisnya-setiap kata bukan
hanya puisi. Tapi lebih dari itu. Kata –baik yang terucap maupun yang tertulis-juga
adalah mantra yang sakti mandraguna. Selalu punya daya ubah. Terserah, mengubah
menjadi baik, atau malah sebaliknya. Kata bahkan memiliki daya hipnotis yang
membuat seseorang bisa merasakan ekstase tertinggi dalam semangat spiritual.
Kata bahkan ketika diulang-ulang mengucapkannya
dengan penuh penghayatan dan keyakinan, mampu membawa ketenangan dan semangat
hidup yang terus menyala. Kata-kata yang sering diulang, dalam istilah agama
dikenal dengan zikir (tepekur) untuk berkontemplasi. Bahkan dalam keseharian,
kita kerap mendengar pekikkan kata atau jargon yang mampu membakar semangat
juang.
Sampai di sini, ketika setiap kata adalah mantra,
maka yang kita butuh adalah kedewasaan menerima kata, mengolah dan mencernanya
dengan masak dan bijak. Karena setiap kata yang terucap maupun yang tertulis
bisa membuat kita tercerahkan, atau malah sebaliknya menyesatkan. Sekali lagi,
bagi saya setiap kata adalah mantra.
Sebagai
contoh-dan mungkin bukti-bahwa setiap kata adalah mantra, berikut ini saya
sertakan sebuah puisi Chairil Anwar, penyair besar tanah air di abad lalu itu.
Hal yang sama juga bisa kita rasakan ketika membaca tiap kata dalam Kitab Suci
misalnya, yang tak hanya diimani sebagai petunjuk ke jalan-Nya, tapi juga
menjadi penawar (obat) hati.
DO'A
kepada pemeluk teguh
Oleh
: Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943 .(**)
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943 .(**)
0 komentar:
Posting Komentar