Kesalahan
Oleh : Muhammad Baran
Ketika ada yang bertanya kepadaku, apa itu kesalahan? Maka saya punya jawaban sendiri (tentu anda juga punya jawaban). Bagi saya, kesalahan adalah kebenaran yang disalahgunakan. Dia disalahartikan, bahkan disalahtafsirkan. Jika demikian maka dia akan salah diaplikasikan. Kesalahan juga berarti, katika kebenaraan yang tidak didukung oleh data dan fakta yang sahih (valid) . Kesalaahan yang terakhir ini barangkali disebut kesalahan akademik.
Tapi, apakah setiap kesalahan adalah pelanggaran, yang pelakunya harus dihukum? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya lebih memilih memungut (entah dimana) jawaban dari seorang bijak yang mengatakan, tak selamanya setiap kesalahan harus divonis sebagai dosa atau pelanggaran. Karena, kata Si Bijak ini, terkadang kesalahan yang kita perbuat merupakan cara kita belajar.
Yah dengan berbuat kesalahan, kita akan belajar menyadari bahwa inilah yang namanya kesalahan. Maka, alangkah tak waras kiranya ketika kita sudah menyadari, bahwa yang kita lakukan adalah sebuah kesalahan, namun tetap gagah dan pede untuk mengulanginya lagi. Nah yang seperti ini barangkali namanya kurang ajar atau melampaui batas wajar.
Lalu, bagaimana dengan kesalahan yang tak disengaja? Tentu tak serta merta kita kemudian berlindung di balik jargon klasik, "Tak ada manusia yang sempurna." Jargon ini menurut saya, sekedar pembenaran. hanya memberi ruang kepada kita untuk merasa, sah-sah saja melakukan kesalahan dengan asumsi, toh tak ada manusia yang luput dari khilaf dan keliru.
Tapi inilah dunia kawan. Kita melewati setiap jengkal perjuangan, menjalani setiap hasta hidup dengan semaksimal mungkin berupaya meminimalisir kesalahan. Kesalahan yang kadang menjerumuskan, tapi kadang juga, sebagaimana kata si bijak di atas, kesalahan yang bisa menjadi cara kita belajar untuk tidak terperosok ke liang yang sama.
Akhirnya, kita hanya bisa menghitung surut hari perjalanan hidup kita. Sembari dalam hati menghitung-hitung, sudah berapa banyak kesalahan yang telah kita perbuat (disengaja atau tidak). Karena biar bagaimana pun, setiap laku perbuatan kita mesti dipertanggungjawabkan secara moral, sebagai konsekuensi atas pilihan hidup kita.
Kita sama berharap, kesalahan yang kita perbuat adalah kesalahan yang masih dalam batas wajar. Yaitu, kesalahan yang membuat kita belajar untuk tidak mengulanginya. sehingga besar kemungkinan, Tuhan masih sudi berkompromi dengan kita.
Tapi akan menjadi lain cerita bila kesalahan yang kita perbuat adalah kesalahan yang di luar batas wajar, yang bahkan Tuhan sendiri pun tak punya alasan untuk memaafkan kita.
Nah bila ini yang terjadi, maka kita hanya bisa menanti berlakunya hukum Tuhan; siapa yang bersalah, akan dihukum, kecuali Tuhan sendiri berubah pikiran dan memutuskan lain. (**)
0 komentar:
Posting Komentar