Duli
Tukan, Pali Lolon
Oleh Muhammad Baran
Ina
.. duli tukan lali mai
Ina..
pali lolon haka mai
Pana
maan golek duli,
gawe
maan gawak pali
|
Sebagaimana yang telah saya bahas pada
tulisan sebelumnya, bahwa kehidupan perempuan lamaholot setelah bersuami
mendapat ujian yang tidak mudah. Apalagi
setelah keluarga baru tersebut dilengkapi dengan kehadiran nuba-nara (anak keturunan) menghiasi biduk rumah tangganya. Perempuan
lamaholot kemudian mengarungi lika-liku kehidupan yang berat. Bahkan boleh
dikata inilah babak kehidupan tersulit yang akan dijalani seorang perempuan
lamaholot.
Sebagaimana umumnya kehidupan masyarakat
flores, karena tuntutan ekonomi, umumnya laki-laki orang lamaholot setelah
menikah, mereka akan meninggalkan anak-istrinya untuk nai doan (pergi merantau). Para lelaki ini umumnya pergi merantau
dalam jangka waktu yang lama. Tak hanya setahun atau dua tahun, mereka merantau
sampai belasan bahkan berpuluh-puluh
tahun lamanya.
Di sinilah peran seorang perempuan
lamaholot diuji dengan lamanya penantian dan kewajiban menghidupi
putra-putrinya di lewotanah (kampung
halaman). Seorang diri perempuan lamaholot melalui pahit getirnya kehidupan
mencari nafkah, merawat dan mendidik anak-anaknya dengan penuh cinta selama
sang suami berada di tanah rantau.
Dalam kesehariannya, para perempuan
lamaholot kemudian mengambil peran penting yang sebenarnya bukan tugasnya yaitu
menjadi kepala keluarga. Dari sinilah
perempuan lamaholot kemudian membentuk
karakter pribadi nan tangguh, kesetiaan kepada suami tiada tara,
ketabahan hidup mencari nafkah tanpa batas, rela berkorban untuk nuba-sili (putra-putrinya) yang
dititipkan sang suami di pundaknya. Amanah yang teramat sangat berat di pikul bagi
seorang perempuan. Di sini kadang saya berpikir, persepsi selamah ini bahwa
perempuan adalah makhluk lemah dengan sendirinya terbantahkan.
Nuba…kame
tani mayan oh ina
Nara
..kame hutan toen oh ina
Peten
mo perohon hala,
Sudi
mo pesayang kuran…
|
Dari interaksi yang intens dengan
anak-anaknya inilah sehingga perempuan
lamaholot mewarisi nilai kesetiaan pada pasangan hidup, ketabahan menjalani
hidup, kejujuran berperilaku dalam hidup,
serta kerja keras mengubah nasib hidup. Di sini, anak-anak lamaholot
dididik oleh guru yang sebenar-benarnya. Anak-anak dididik dengan kasih sayang,
cinta dan pengorbanan yang sesungguh-sungguhnya meski dalam keterbatasan. Maka
jangan heran, orang flores umumnya dan terkhusus orang lamaholot terkenal
sebagai perantau yang jujur dan ulet. Mereka adalah orang-orang terpercaya. Ini
bukan bualan, tapi sebuah fakta. Ini adalah buah dari penanaman nilai luhur
para inak-inak ata lamaholot nan
tangguh itu.
Penanaman nilai-nilai luhur yang intens
dan kedekatan emosional yang besar antara perempuan lamaholot dan
putra-putrinya inilah menjadikan anak-anak mereka cenderung lebih menghormati dan menyayangi
sosok inak (ibu) sebagai idola dalam
kehidupannnya. Mereka menganggap Inak
adalah idola yang kata-katanya dianggap keramat.
Orang labala dan juga orang lamaholot
umumnya mengenal istila koda dipelate,
kiri digelara yang bermakna, petuah dan nasihat atau doa seorang inak (ibu) sangat keramat. Bila tidak
diindahkan maka seorang anak bisa celaka dalam hidupnya.
Umumnya anak-anak lamaholot menghormati inak murni karena kasih sayang dan balas budi atau
jasanya mendidik dan membesarkannya. Sedangkan menghormati amak lebih karena faktor
penghormatan sebagai kepala keluarga yang mendapat kedudukan terhormat di mata adat. Laki-laki dalam adat orang
lamaholot memang memiliki kedudukan istimewa. Selain berwewenang mengurus tetek
bengek tata laksana adat, laki-laki juga
lebih berhak mengatur urusan rumah tangga.
0 komentar:
Posting Komentar