Puisi Semesta
Semesta Lalu
Oleh Hamba Moehammad
lalu aku lalu kau.
lalu kami lalu dia.
lalu kita lalu mereka.
lalu apa lalu siapa.
lalu kapan lalu dimana.
lalu mengapa lalu bagaimana.
lalu aku naik turun menghela napas hendak memburu tatapanmu.
lalu kau keluar masuk mencari bekas ciuman yang alpa kuhapus.
lalu dia mencoba memberi isyarat kedatangan purnama malam ini.
lalu kita terkulai setelah tahu tatapan dan bekas ciuman tak lagi ada.
lalu mereka menduga kita tak pernah becus saling menjaga dan mengasuh.
Lalu kami hanya jadi penonton memelototi setiap episode yang mendebarkan.
lalu apa yang terjadi.
lalu siapa jadi biang keladi .
lalu dimana harus sembunyi.
lalu kapan bisa berhenti.
lalu mengapa semua terjadi.
lalu bagaimana lakhir segenap kebebalan ini.
lalu aku lalu kau.
lalu kami lalu dia,
lalu kita lalu mereka.
lalu apa lalu siapa.
lalu dimana lalu kemana.
lalu mengapa lalu bagaimana.
=============================
Semesta Mana
oleh Hamba Moehammad
aku.....
seperti arus sungai tak tahu ke samudra mana ia akan mengalir
seperti angin ia tak tahu ke penjuru mana ia akan berembus
seperti ombak ia tak tahu ke pantai mana ia akan memecah
seperti awan ia tak tahu ke cakrawala mana dia akan berarak
seperti hidup ia tak tahu ke detik yang mana ia akan menemui kematian.
seperti aliran sungai, hembusan angin, pecahan ombak, arakan awan, kematian hidup
apakah mereka tak tahu ke hariban mana harus kembali?
=======================
Semesta Pada
Oleh Hamba Moehammad
pada rembulan malam kukirim selalu tangkai-tangkai kerinduan.
tak perlu aku minta balasan setimpal
pada seorang perempuan kualamatkan segenap deritaku.
tak perlu aku sebut namanya.
dan pada sebuah catatan harian kutulis serpihan kenangan.
tak tentang rembulan malam dan seorang perempuan
=====================
Oleh Hamba Moehammad
lalu aku lalu kau.
lalu kami lalu dia.
lalu kita lalu mereka.
lalu apa lalu siapa.
lalu kapan lalu dimana.
lalu mengapa lalu bagaimana.
lalu aku naik turun menghela napas hendak memburu tatapanmu.
lalu kau keluar masuk mencari bekas ciuman yang alpa kuhapus.
lalu dia mencoba memberi isyarat kedatangan purnama malam ini.
lalu kita terkulai setelah tahu tatapan dan bekas ciuman tak lagi ada.
lalu mereka menduga kita tak pernah becus saling menjaga dan mengasuh.
Lalu kami hanya jadi penonton memelototi setiap episode yang mendebarkan.
lalu apa yang terjadi.
lalu siapa jadi biang keladi .
lalu dimana harus sembunyi.
lalu kapan bisa berhenti.
lalu mengapa semua terjadi.
lalu bagaimana lakhir segenap kebebalan ini.
lalu aku lalu kau.
lalu kami lalu dia,
lalu kita lalu mereka.
lalu apa lalu siapa.
lalu dimana lalu kemana.
lalu mengapa lalu bagaimana.
=============================
Semesta Mana
oleh Hamba Moehammad
aku.....
seperti arus sungai tak tahu ke samudra mana ia akan mengalir
seperti angin ia tak tahu ke penjuru mana ia akan berembus
seperti ombak ia tak tahu ke pantai mana ia akan memecah
seperti awan ia tak tahu ke cakrawala mana dia akan berarak
seperti hidup ia tak tahu ke detik yang mana ia akan menemui kematian.
seperti aliran sungai, hembusan angin, pecahan ombak, arakan awan, kematian hidup
apakah mereka tak tahu ke hariban mana harus kembali?
=======================
Semesta Pada
Oleh Hamba Moehammad
pada rembulan malam kukirim selalu tangkai-tangkai kerinduan.
tak perlu aku minta balasan setimpal
pada seorang perempuan kualamatkan segenap deritaku.
tak perlu aku sebut namanya.
dan pada sebuah catatan harian kutulis serpihan kenangan.
tak tentang rembulan malam dan seorang perempuan
=====================
0 komentar:
Posting Komentar