Cerita Dari Surga

di dalam surga, seorang anak muda protes kepada Tuhan. Anak Muda: ya Tuhan kenapa aku kau tempatkan di surga paling rendah, sementara orang tua itu Engkau tempatkan di surga yang paling tinggi?

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 13 September 2014

Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi




Sejarah Diubah Belanda, Majapahit Yang Islam Menjadi Hindu

Republik Madura - Seorang sejarawan pernah berujar bahwa sejarah itu adalah versi atau sudut pandang orang yang membuatnya. Versi ini sangat tergantung dengan niat atau motivasisi pembuatnya. Barangkali ini pula yang terjadi dengan Majapahit, sebuah kerajaan maha besar masa lampau yang pernah ada di negara yang kini disebut Indonesia. Kekuasaannya membentang luas hingga mencakup sebagian besar negara yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara.

Namun demikian, ada sesuatu yang ‘terasa aneh’ menyangkut kerajaan yang puing-puing peninggalan kebesaran masa lalunya masih dapat ditemukan di kawasan Trowulan Mojokerto ini. Sejak memasuki Sekolah Dasar, kita sudah disuguhi pemahaman bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada dalam sejarah masa lalu kepulauan Nusantra yang kini dkenal Indonesia. Inilah sesuatu yang terasa aneh tersebut. Pemahaman sejarah tersebut seakan melupakan beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang berkaitan dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara ‘jujur’ akan mengungkapkan fakta yang mengejutkan sekaligus juga mematahkan pemahaman yang sudah berkembang selama ini dalam khazanah sejarah masyarakat Nusantara.

‘Kegelisahan’ semacam inilah yang mungkin memotivasi Tim Kajian Kesultanan Majapahit dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakta-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku awal berjudul ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’.


Buku ini hingga saat ini masih diterbitkan terbatas, terutama menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah (Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara.


Akibatnya, sejarah masa lampau yang berkaitan dengan kawasan ini dibuat untuk kepentingan tersebut. Hal ini dapat pula dianalogikan dengan sejarah mengenai PKI. Sejarah berkaitan dengan partai komunis ini yang dibuat dimasa Orde Baru tentu berbeda dengan sejarah PKI yang dibuat di era Orde Lama dan bahkan era reformasi saat ini. Hal ini karena berkaitan dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah tersebut.

 
Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Untuk itu, diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Islam masuk ke Nusantara belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam masyarakat.


Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit adalah sebagai berikut:

1. Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.

2. Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.
3. Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini.

Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.


4. Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran sufi, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu.

Bahasa Sanskerta di masa lalu lazim digunakan untuk memberi penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang raja. Gelar seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para raja muslim Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta Paku Buwono di Solo.


Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja. Dengan demikian, penulisanGajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan ‘Gajah Mada’.

Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan ‘LaIlaha Illallah Muhammad Rasulullah’ yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang muslim.


5. Jika fakta-fakta di atas masih berkaitan dengan internal Majapahit, maka fakta-fakta berikut berhubungan dengan sejarah dunia secara global. Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad. Akibatnya, Timur Tengah berada dalam situasi yang berkecamuk dan terjebak dalam kondisi konflik yang tidak menentu.

Dampak selanjutnya adalah terjadinya eksodus besar-besaran kaum muslim dari TimurTengah, terutama para keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan‘Allawiyah. Kelompok ini sebagian besar menuju kawasan Nuswantara (Nusantara) yang memang dikenal memiliki tempat-tempat yang eksotis dan kaya dengan sumberdaya alam dan kemudian menetap dan beranak pinak di tempat ini. Dari keturunan pada pendatang inilah sebagian besar penguasa beragam kerajaanNusantara berasal, tanpa terkecuali Majapahit.


Inilah beberapa bukti dari fakta dan data yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya Majapahit adalah Kesultanan Islam yang berkuasa di sebagian besar kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara ini. Sekali lagi terbukti bahwa sejarah itu adalah versi, tergantung untuk apa sejarahitu dibuat dan tentunya terkandung di dalamnya beragam kepentingan. Wallahu A’lam Bishshawab. Hanya Allah SWT Yang Maha Mengetahui.

BACA ini juga gan! ---------> Barbarossa Bersaudara, Bajak Laut Moslem Legendaris Yang Ditakuti Dunia Barat

Barbarossa Bersaudara, Bajak Laut Moslem Legendaris Yang Ditakuti Dunia Barat

Republik Madura - Anda yang gemar membaca komik Asterix dan anda yang pernah menonton film ‘Pirates of The Carribean’, tentu ingat karakter jahat ‘Barbarossa’ bukan? Sejak zaman pertengahan, aneka macam karya fiksi Eropa dan Amerika biasa menggunakan nama Barbarossa untuk menamai karakter seorang penjahat –biasanya seorang bajak laut jahat. Makna negatif Barbarossa terus dipropagandakan hingga zaman sekarang, meski di dalam setting-setting yang berbeda. Tak ada asap jika tak ada api, kebiasaan para penulis fiksi Eropa dan Amerika ini tentu ada sebabnya.

Pada abad ke-15 masehi, di Laut Mediterania ada dua bajak laut bersaudara yang disebut The Barbarossa Brothers. Kedua tokoh ini menjadi legenda dalam dunia ‘per-bajak-laut-an’ dan merupakan tokoh bahari yang sangat ditakuti orang-orang Eropa pada zamannya. Kebiasaannya ialah membajak barang-barang berharga yang diangkut oleh kapal-kapal milik kerajaan-kerajaan Eropa yang melintasi Laut Mediterania. Awak kapal yang dibajak biasanya diberi dua pilihan; mati karena melawan atau hidup dengan menyerah secara sukarela.

Siapakah sebenarnya Barbarossa yang sangat ditakuti oleh orang-orang Eropa selama berabad-abad itu? Mengapa hingga zaman sekarang nama itu terus menghantui benak dan pikiran mereka?
Barbarossa bukanlah sebuah nama. Barbarossa merupakan kata dalam bahasa Latin –gabungan dari kata barber (janggut) dan rossa (merah). Jadi Barbarrossa berarti janggut merah. Barbarossa merupakan julukan yang diberikan oleh para pelaut Eropa kepada kakak-beradik Aruj dan Khairuddin dari Turki. Kedua kakak beradik ini hanyalah pelaut-pelaut biasa yang rutin berlayar di wilayah perairan Yunani dan Turki.

Pada suatu hari, tanpa sebab yang jelas, kapal milik keluarga mereka diserang secara brutal oleh kapal militer Knight of Rhodes. Dalam peristiwa ini, adik bungsu Aruj dan Khairuddin tewas terbunuh. Aruj dan Khairuddin sangat terpukul dengan kematian adik bungsu mereka. Sejak saat itu, mereka melakukan aksi bajak laut kepada semua kapal-kapal militer milik kerajaan-kerajaan Kristen. Aksi-aksi mereka sangat menggemparkan dan membuat mereka ditakuti militer Kristen. Aruj dan Khairuddin pun kemudian dikenal sebagai The Barbarossa Brothers Pirates karena keduanya berjanggut merah.

Kaum Eropa menyebut Barbarossa sebagai bajak laut, meskipun tidak ada bendera hitam dan tengkorak yang menjadi simbol bajak laut. Bendera yang dipasang Aruj dan Khairuddin di kapal mereka adalah sebuah bendera berwarna hijau berisi kaligrafi doa Nashrun minallaah wa fathun qariib wa basysyiril mu’miniin, ya Muhammad, empat nama khulafaur rasyidin, pedang Zulfikar dan bintang segi enam Yahudi (Bintang David). Awak kapal yang dipimpin kedua bersaudara ini terdiri atas orang-orang Islam dari bangsa Moor, Turki, dan Spanyol, serta beberapa orang Yahudi.

Pada tahun 1492 M, Andalusia yang sejak tahun 756 M dikuasai oleh Daulah Khilafah Islamiyah, jatuh ke tangan Pasukan Salib yang terdiri atas pasukan gabungan Aragon & Spanyol. Dalam peristiwa penaklukan Andalusia ini, jutaan orang Islam dan Yahudi tewas dibantai pasukan yang dipimpin Raja Ferdinand II dari Aragon.

Peristiwa itu mengubah haluan misi dendam Aruj dan Khairuddin menjadi misi Jihad Islam. Bahu-membahu bersama sekelompok milisi bangsa Moor, mereka kemudian menyelamatkan puluhan ribu Umat Islam dari Spanyol ke Afrika utara (Maroko, Tunisia dan Aljazair). Kemudian mereka membangun basis pertahanan laut di Aljazair untuk menghadang gelombang serangan Pasukan Salib dari jalur Afrika Utara menuju Tanah Suci Palestina.

Khalifah Islam saat itu, Sulaiman I, mendengar cerita-cerita heroik Barbarossa bersaudara. Sulaiman I sangat kagum pada heroisme mereka. Karena prestasi mereka di lautan, akhirnya Sulaiman I mengangkat Aruj dan Khairuddin sebagai Kapudan Pasha (Panglima Angkatan Laut) Khilafah Islamiyyah untuk membenahi Angkatan Laut Daulah Khilafah Islamiyah yang amburadul.

Pada tahun 1518 Spanyol berhasil menghasut Amir kota Tlemcen (Tilmisan) untuk melancarkan pemberontakan kepada kepemimpinan Aruj. Aruj kemudian menyerahkan pemerintahan Aljazair kepada Khairuddin untuk sementara. Lalu ia memimpin pasukan untuk berangkat ke Tlemcen. Hati Aruj sangat pilu karena ia malah berperang dengan saudara sendiri sesama Muslim. Akibatnya ia kurang berkonsentrasi dan pasukannya kocar-kacir. Aruj sempat lolos, namun banyak pasukannya yang tertangkap. Karena hubungan emosionalnya dengan anak buahnya, Aruj kembali ke Tlemcen untuk bertempur dan ia gugur dalam pertempuran tersebut.

Dengan gugurnya Aruj, kepemimpinan Angkatan Laut Daulah Khilafah Islamiyah beralih ke tangan Khairuddin. Spanyol mengira bahwa era kejayaan Barbarossa di Laut Tengah telah berakhir. Lalu, dengan percaya dirinya, Spanyol mengirim 20.000 tentaranya ke Aljazair. Pertempuran hebat pun terjadi, namun Khairuddin berhasil menghajar pasukan laut tersebut.

Guna meminimalisir ancaman dari negeri sekitar Aljazair, selain ancaman utama Spanyol, Khairuddin kemudian meminta kepada Khalifah Sulaiman I agar kekuasaan Amir Tunisia dan Tlemcen dialihkan kepadanya. Sulaiman I pun setuju. Pada 1519, Khalifah mengangkat Khairuddin sebagai beylerbey (Bakhlair Baik) atau wakil Khalifah untuk wilayah Aljazair dan sekitarnya. Kemudian Khairuddin juga ditugasi memimpin pasukan pasukan elit Daulah Khilafah Islamiyah, Pasukan Janissary.

Dalam masa kepemimpinan Khairuddin, Pasukan Janissary berhasil melakukan banyak penyelamatan Umat Islam di Andalusia. Tercatat mereka melakukan 7 kali pelayaran dengan 36 buah kapal untuk mengangkut Umat Islam Spanyol yang diburu bagai hewan oleh Ferdinand II dan Pasukan Salib Iblisnya.
Pertengahan dekade 1520-an, Pasukan Darat Janissary yang dipimpin langsung Khalifah Sulaiman I berhasil memenangkan semua pertempuran darat. Pada saat bersamaan, Pasukan Laut Janissary di bawah pimpinan Khairuddin juga berhasil mengontrol lalu lintas pelayaran di Laut Tengah sepenuhnya. Kondisi ini membuat Pasukan Salib Kristen Eropa menjadi pusing tujuh keliling.

Dalam suasana putus asa, pada tahun 1529 di pulau Penon, Spanyol menembakkan meriam ke menara masjid saat Adzan sedang berkumandang. Maka terjadilah peperangan hebat di Penon dan setelah 20 hari pulau tersebut berhasil dikuasai kembali oleh Khairuddin. Sementara di daratan, Sulaiman I membombardir Wina (Ibukota Austria) dengan dua kali serangan namun keduanya gagal. Pasukan Islam yang mundur dari pertempuran meninggalkan beberapa karung kopi yang kemudian mengubah aturan Paus Roma yang sebelumnya mengharamkan minuman yang biasa diminum kaum muslim itu. Kemudian mereka menyebut minuman itu sebagai dengan nama cappuccino.


Tiga tahun kemudian, Pasukan Salib Gabungan Spanyol-Genoa kembali menyerang Aljazair dengan kekuatan 200 kapal. Mereka sengaja melancarkan serangan di luar musim berlayar, untuk menghindari pertemuan dengan Pasukan Barbarossa. Rakyat Aljazair di bawah komando Hasan Agha berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan Aljazair. Charles V dan Andrea Doria yang memimpin serangan tak mengira bahwa pertahanan dan strategi perang Hasan Agha sangat matang, sehingga armadanya pun kacau-balau. Ketika itu pula tiba-tiba badai laut dahsyat menghantam Laut Mediterania. Andrea Doria dan Charles V berhasil selamat, dan kembali ke negerinya dengan kekalahan pahit.
Tahun 1565, dalam usia senja, Khairuddin Barbarossa memimpin pasukan untuk merebut Malta dari tangan Knight of St. John. Namun dalam pertempuran itu, Khairuddin gugur. Kemudian Khairuddin dimakamkan di Istanbul. Di dekat kuburannya didirikan masjid dan madrasah untuk mengenangnya. Hingga kini makam tersebut masih terawat untuk menjadi bukti kepahlawanan Khairuddin alias Barbarossa yang namanya masih ditakuti bangsa Eropa hingga zaman sekarang.

Inilah yang membuat kita (kaum muslim) sekarang kalah. Dunia barat memang menguasai hampir semua lini media baik media cetak (koran), media elektronik (televisi) hingga media lewat film. Padahal media-media tersebut menjadi tombak paling depan membentuk opini publik. Membuat baik atau membuat buruk nama a seseorang tergantung dari media-media itu. Akhirnya, apa yang kita konsumsi ya apa yang media-media itu sajikan.

Otak kita, pikiran kita dan opini kita akhirnya pula terbentuk dari apa yang disajikan oleh media-media barat yang memang menguasai dunia saat ini. Padahal belum tentu berita yang disajikan jelek atau bagus oleh media-media barat itu benar adanya. Mulai berita hingga kasus yang sedang kita baca ini, Khairuddin Barbarossa. Pasti dari kita kaum muslim banyak yang belum tahu, betapa peran nya begitu hebat di dunia Islam di masa lalu. Semoga kejayaan tetap bersama Islam. Amien! (Mad Topek)
=====================================

Sumber: http://republikmadura.blogspot.com

Sabtu, 06 September 2014

Labala, Apa Kabarmu? **

Labala, Apa Kabarmu? **

Apakah kita saling merindu? Entahlah! Meski kadang menyiksa, kerinduan itu pasti ada. Tapi seberapa besar kadarnya, aku tak tahu. Lebih tepatnya tak tahu mengukur kadar kerinduan itu. Toh bagiku, rindu adalah semacam alamat rumah untuk berkirim surat cinta.

Aku meninggalkanmu beserta segenap kenangan masa kanak-kanakku yang indah. Meninggalkan tanjung leworaja-mu dengan debur ombak yang tak pernah berhenti, nyanyian burung camar yang tak ingin berlalu, juga ingatan masa kanakku yang tak hendak pergi.

Labala, adakah kau rasakan rindu yang bermekaran seperti bunga jambu mente yang lagi musim di situ? Adakah riang dihatimu seperti dulu saat bersama di musim panen jagung dan kacang tanah? Oya, sekarang harga jambu mente dan kacang tanah sekilo berapa? Cukupkah untuk beli bensin buat amak-amak kami pergi melaut kalau malam hari? Cukupkah untuk ongkos naik ojek inak-inak kami untuk pergi jual ikan keliling?

Labala, Kita berpisah sudah begitu lama bukan? Kuharap, meski rentang waktu yang cukup lama sejak kita pisah, semoga kau tak lekas melupakanku, sebagaimana aku yang juga enggan untuk melupakan. Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu? Sebahagian besar masa kanak-kanakku kuhabiskan dengan menjelajahi jengkal demi jengkal Pantai Lukiono-mu, menyelami hasta demi hasta Laut Sawumu, menelusuri langkah demi langkah Bukit Wolo, padang sabana Lewo Lolon dan pohon-pohon kelapamu. Bagiku melupakan berarti menyingkirkan. Dari hati, juga ingatan. Dan aku tak hendak melupakan, apa lagi menyingkirkan. Sungguh…

Labala, kuharap kau masih seperti dulu…

Masihkah kau secantik dan seanggun dulu? Atau jangan-jangan barangkali banyak hal yang sudah membuatmu berubah? Jika iya, betapa sedihnya aku. Tak bisa lagi kunikmati pantaimu yang landai, lautmu yang jernih, juga aneka warna-warni terumbu karanngmu, ikan-ikanmu yang berseliwerang, juga keramahtamahan masyarakatmu yang memagang teguh adat dan budaya ata Lamaholot..

Aku dengar selentingan kabar angin; listrik PLN sudah masuk, jalanan pun sudah diaspal, signal handphoe pun sudah bisa dijangkau. Bahkan akses internet pun sudah bisa. Ah aku bayangkan nulu moe geha kae (kau memang benar-benar sudah berubah). Dulu kampung kecil, kini sudah menjadi kota kecil. Dan sebagai anak kampung, paling tidak ada kemajuan yang bisa kubanggakan darimu di hadapan teman-teman kuliahku di kota yang sombong itu.

Ada sedikit kebanggaan memang mendengar kabar kemajuanmu, namun sekaligus terselip rasa was-was. Jangan-jangan Labala yang sekarang, sama sekali berbeda dengan Labala yang kukenal masa kecilku dulu. Masa kecilku dulu, Labala yang kukenal dengan segenap keramahan adat dan budaya lamaholotnya. Dulu, Labala kukenal sebagai Tanah watan nen gelara, tanah timu te pelate. Tanah orang-orang yang diberkati, kampung orang-orang pemberani.

Labala yang kukenal masa kanak adalah lewotanah (tanah air) yang menjunjung tinggi budaya pohe (menolong) dan gemohin (gotong royong) sebagai warisan luhur para leluhur. Aku mengenalmu sebagai kampung di mana masyarkatnya yang bermukim di pesisir selatan Kabupaten Lembata, yaitu masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai berkah-keramah (kehormatan dan harga diri), juga sebagai Ata Watan (Muslim Pesisir) yang taat dan fanatik.

Labala yang kukenal tempo itu, meski musim kemaraunya lebih panjang dari pada musim hujan, bahkan kerap nyaris gagal panen karena hujan yang lama tak kunjung turun, tapi nuba-nara-nya (putra-putrinya) tak pernah semaput karena kehausan, dan mati karena kelaparan. Makanan selalu ada meski tak harus secukupnya, air selalu ada meski tak selalu memuaskan.

Orang-orang sederhana ini hidup dengan keyakinan teguh, Tuan Lera wulan – Alap Tanah ekan , yaitu Sang Pemilik langit dan bumi mate mete noi, tilu mete denga, Maha melihat dan maha mendengar. Dia tak akan pernah mencampakkan, apa lagi meninggalkan orang-orang bersahaja ini. Ah dulu, siapa yang tak kenal dengan orang-orang ini? Tapi kini, masih adakah yang mengenal orang-orang ini?

Labala, lela onek sama sudi…

Bersabarlah dan tunggu aku pulang. Jangan tidak. Dan kenang-kenanglah aku yang pernah begitu mengakrabimu. Kenang-kenanglah kami ana-opu-mu di tanah rantau ini. Kame nuba murin-nara baran, mai doan seba ilmu, balik ola gelekat lewotanah suku ekan.

Makassar, Agustus 2014

Ana opu-mu

Ttd

Hamba Moehammad
---------------------------
**Dari Kumpulan Cerpenku “Surat Rindu Untuk Lewotanah”.

Adakah yang bisa?

Di dunia ini tempat mesin dan sistem adalah hidup sehari-hari, adakah yang bisa menghalau atau paling tidak menunda kematian barang sekedip mata pun?

Juga Di dunia ini, tempat kecantikan diproduksi sebagai komoditas tanpa henti adalah laku sehari-hari, adakah yang bisa menghilangkan ketuaan dari kamus hidup manusia?

Jawabannya adala tiada dan memang tidak ada...

~HM~

Interupsi



Interupsi


Oleh Hamba Moehammad
Tuhanku,
 jika aku menghujatmu,
aku menghujatmu dengan keyakinan
bahwa engkau yang maha, tak akan terhina
hanya karena hujatan seorang hamba.

Tuhanku,
Apakah aku hanya bisa menghadap padamu
Di saat-saat aku cinta padamu?
Bagaimana jika aku tak lagi cinta
Dan tak mengerti tentang dirimu?

Tuhanku,
Benarkah kitab suci adalah kalam-mu?
Sekira iya, betapa hina diri-mu
Betapa rendah diri-mu
Dan kehendak-kehendak-mu

Tuhanku,
Bagiku, engkau adalah “yang tak terucap”
Engkau dan kalam-mu
adalah engkau yang tersembunyi
bagi potensi dan ekspresi akal budi hamba.

Tuhanku,
Bukankah engkau menemui hamba
Dalam iman dan akal budi hamba?
Tapi engkau sendiri jauh lebih agung
Dari pada akal budi dan iman itu sendiri.

Tuhanku,
Bukankah iman sekadar medium pertemuan?
Jika iya, maka konsep iman bisa berubah
Sesuai dataran pengalaman hamba
Yang akan mempergunakannya.
Tuhanku,
Bukankah iman bisa berubah?
Jika iya, maka agama pun tak tunggal
Dan kitab suci senantiasa ditafsirkan.
Dengan kata lain, tak ada yang sudah selesai.

Tuhanku,
Bisakah dalam keterbatasanku sebagai hamba,
Adakah sebuah kebenaran yang tak usah dicari
Dan di rindukan lagi?