Jumat, 13 April 2012

Setiap Kata adalah "Mantra"


Setiap Kata adalah "Mantra"

Oleh : Muhammad Baran


Tiap kata adalah puisi-demikian kata sebagian orang. Mungkin ada benarnya bila ditilik dari sudut pandang sastra. Dalam sastra-terutama prosa dan puisi-seorang penulis merangkai kata dengan pendekatan metafora. Artinya, tiap kata adalah multi tafsir, dengan demikian dia bebas untuk dimaknai-tentu saja sesuai pengetahuan dan kemampuan masing-masing.

Dengan mempersespsikan kata sebagai puisi, seorang penulis mencoba menyajikan pemikirannya kepada sidang pembaca dengan kata. Selanjutnya pembaca mencoba member tafsir atas kata itu. Di sini tak ada pengertian-yaitu kata-yang benar-benar final. Semuanya bisa diperdebatkan. Hingga pada titik tertentu. magis makna kata bahkan bisa melampaui usia penutur atau penulisnya, selama dijadikan bahan rujukan untuk diperdebatkan.

Kata bahkan kadang juga menjadi senjata untuk meyakinkan, menarik perhatian, dan simpati. Bahkan kata bagi seorang pemuda atau pemudi misalnya,menjadi senjata untuk meyakinkan kekasih akan ketulusan cintanya. Kata juga bisa diramu sedemikian rupa ketika musim kampanye politik tiba guna menyihir simpati dan perhatian konstituen dengan janji-janji. Bahkan kata juga digunakan seorang hamba untuk memohon dan mengikat janji dengan Tuhannya.

Kita pun mahfum,  manakala kata menemukan penuturnya atau penulisnya yang tepat, maka dia mampu mempengaruhi, tak hanya perilaku tapi juga paradigma pikir. Kata bahkan mampu merasuk ke dalam rasa batim terdalam kita. Para pembawa agama terkemika (para Nabi) misalnya, dengan bijak menjadikan kata-kata (firman) Ilahiah sebagai sarana mengajak manusia ke jalan Tuhannya.

Sampai di sini,  bagi saya-dengan melihat keampuhan dan daya magisnya-setiap kata bukan hanya puisi. Tapi lebih dari itu. Kata –baik yang terucap maupun yang tertulis-juga adalah mantra yang sakti mandraguna. Selalu punya daya ubah. Terserah, mengubah menjadi baik, atau malah sebaliknya. Kata bahkan memiliki daya hipnotis yang membuat seseorang bisa merasakan ekstase tertinggi dalam semangat spiritual.

Kata bahkan ketika diulang-ulang mengucapkannya dengan penuh penghayatan dan keyakinan, mampu membawa ketenangan dan semangat hidup yang terus menyala. Kata-kata yang sering diulang, dalam istilah agama dikenal dengan zikir (tepekur) untuk berkontemplasi. Bahkan dalam keseharian, kita kerap mendengar pekikkan kata atau jargon yang mampu membakar semangat juang.

Sampai di sini, ketika setiap kata adalah mantra, maka yang kita butuh adalah kedewasaan menerima kata, mengolah dan mencernanya dengan masak dan bijak. Karena setiap kata yang terucap maupun yang tertulis bisa membuat kita tercerahkan, atau malah sebaliknya menyesatkan. Sekali lagi, bagi saya setiap kata adalah mantra.

Sebagai contoh-dan mungkin bukti-bahwa setiap kata adalah mantra, berikut ini saya sertakan sebuah puisi Chairil Anwar, penyair besar tanah air di abad lalu itu. Hal yang sama juga bisa kita rasakan ketika membaca tiap kata dalam Kitab Suci misalnya, yang tak hanya diimani sebagai petunjuk ke jalan-Nya, tapi juga menjadi penawar (obat) hati.

DO'A

kepada pemeluk teguh

Oleh : Chairil Anwar

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku
aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943
.(**)

0 komentar:

Posting Komentar