Minggu, 02 Maret 2014

Agama Kita Adalah Sepak Bola

Agama Kita Adalah Sepak Bola

Oleh Hamba Moehammad

Ketika kita mendengar sepak bola, apa yang terlintas dibenak kita? Bagi para penggemar  fanatik olahraga ini, sepak bola adalah dua kesebelasan yang saling  berjuang memperebutkan sebutir bola. Sepak bola adalah olahraga yang paling terkenal dan paling banyak memiliki penggemar di dunia, termasuk di indonesia. Di negeri ini, pelosok mana yang tak kenal sepak bola?

Saya bukanlah orang yang punya hobi bermain sepak bola, namun hobi menonton sepak bola. Terutama memelototi siaran langsung sepak bola liga-liga di eropa. Salah satu klub vaforit saya adalah FC Barcelona.

Untuk menyaksikan klub kesayangan berlaga, saya tak hanya menghimpun jadwal pertandingan dan mengikuti perkembangan berita sepak bola, saya bahkan rela tidak tidur semalaman alias begadang hingga dinihari demi menyaksikan Lionel Messi Cs beraksi. Apa dan siapa pun klub yang akan dihadapi, menang atau kalah, tidak peduli.

Berbicara sepak bola, kita mungkin punya rupa-rupa pengalaman yang mengasyikkan, juga pengalaman yang memprihatinkan. Pengalaman yang mengasyikkan adalah ketika tim atau klub kesayangan memenangi sebuah pertandingan. Ada kepuasan batin tersendiri dan tentu saja kita punya bahan untuk membanggakan klub kesayangan kepada pendukung  klub lawan.  Namun bila sebaliknya, maka kita akan siap mental untuk menerima celaan dan hinaan dari pendukung klub lawan.

Begitu besarnya magnet sepak bola ini sehingga banyak hal yang rela kita korbankan. Ketika Timnas Indonesia berlaga, sejenak kita tinggalkan aneka permusuhan dan pertikaian kepentingan. Terlepas dari sisi negatifnya, dalam banyak hal, sepak bola justru mengajarkan kita persatuan dan kerjasama.
Sepak bola bisa mempersatukan kita dari aneka perbedaan, entah perbedaan keyakinan, pandangan politik, perbedaan ras, dan aneka perbedaan yang kerap dijadikan alasan untuk menyulut konflik.

Sepak bola pada tataran tertentu mampu merangkul perbedaan dalam bingkai kebersamaan, hal yang belum tentu dilakukan oleh sistem kepercayaan atau agama yang mapan sekalipun. Bukankah dalam kenyataan hidup di negari ini, agama justru sering gagal mempersatukan perbedaan, malah kerap menjadi pemicu konflik?

Dengan sepak bola, para penggemarnya justru menjadi dekat dengan sesamanya. Dengan perhelatan sepak bola, manusia setara. Dalam sepak bola tak ada yang lebih unggul, lebih permanen. Sepak bola juga mengajarkan kita bagaimana berdemokrasi yang benar. Semangat sportifitas atau fair play dijunjung tinggi. Dan bagi pihak yang kalah akan legowo menerima kekalahan.

Dengan menilik betapa besar kontribusi positif sepak bola, tak berlebihan kiranya bila ada yang mengatakan, agama kita adalah sepak bola. Penyair Jorge Luis pernah  mengatakan,  jatuh cinta adalah penciptaan sebuah agama dengan dewa yang bisa salah. Sepak bola adalah sebuah upacara pemujaan dengan dewa yang bisa kalah.

Hidup , kata Goenawan Moehammad, bisa menembus ketidakmurnian dan keruntuhan yang lain, ketika kita sanggup menyambut apa yang asyik, dengan cara yang bersahaja tanpa merasa dibebani dosa.

Mungkin itu sebabnya manusia terutama yang menggemari sepak bola rela melakukan apa saja untuk ikut serta dalam sebua  upacara dan pemujaan bersama tanpa Neraka dan kutukan yang mengancam. Juga tampa yang lain yang dibenci. Dan itu bisa kita temukan dan saksikan lewar permainan sepak bola. (**)

0 komentar:

Posting Komentar