Kamis, 03 Mei 2012

Selain Uang (2)


Tiada “Tuhan” Selain Uang (2)



Oleh : Muhammad Baran

Betapa dunia ini terbatas. Pesan Mahatma Gandhi: bumi cikup untuk kebutuhan tiap orang, namun tak cukup untuk ketamakan tiap orang. Di sini, tak adil mungkin jika kita hanya menjadikan uang sebagai kambing hitam , penyebab berubahnya pola pikir kita tentang kebahagian itu. Toh uang tak lebih hanyalah benda, hanyalah alat tukar menukar. Yang jadi pokok soal kita di sini-sebagaimana dikatakan Gandhi, adalah sikap atau perilaku tamak (serakah) kita.


Ketamakan ini pula barangkali yang mengilhami munculnya teori ekonomi kapitalis yang selama ini kita imani - teori yang mengatakan: Kebutuhan manusia itu tak terbatas , sementara alat pemuas kebutuhan itu terbatas. Yang jadi pertanyaan di sini, apa yang terbatas dan apa yang tak terbatas? Ternyata ketika kita berpikir lebih waras, kita menemukan jawaban sebagaimana yang dikatakan Gandhi di atas: Yang terbatas adalah minimnya rasa syukur kita atas karunia (nikma) Tuhan,dan yang tak terbatas adalah melonjaknya keserakahan (ketamakan) kita-bahkan pada tataran tertentu, kadang kita tak sudi membaginya meski secuil dengan tetangga sebelah rumah. 

Sampai di sini, perlahan tapi pasti akan timbul pergeseran persepsi kita tentang nilai dan paradigm pikir kita tentang apa hakikatnya kebahagiaan itu. Akan tiba suatu masa di mana kita memiliki persepsi bahwa segala sesuatu hanya bisa bernilai dan berharga jika ditakar atau diukur dengan nilai uang. Dan gejala ini tak bisa lagi dipingkiri tengah mewabah, menjangkiti masyarakat dan bangsa kita yang tercinta ini.

Saya teringat sebuah tulisan status di media sosial yang barangkali patut kita renungkan bersama: “ Jika kita ingin merasakan bahagia, hitunglah semua yang tak dapat dibeli dengan uang. Dengan uang , kita mungkin bisa membeli tempat tidur, tapi tidak tidur yang nyenyak. Dengan uang kita dapat membeli rumah yang indah, tapi belum tentu rumah tangga yang bahagia. Dengan uang, kita dapat membeli obat yang mahal sekalipun, tapi bukan kesehatan. Dengan uang mungkin kita bisa membeli aneka kesenangan hidup, tapi bukan kedamaian dan kesejahteraan.”

Selamanya mungkin kita tak cukup-bahkan tak mungkin-membeli tidur yang nyenyak, rumah tangga yang bahagia, kesehatan yang prima, juga tak mampu membeli kedamaian dan kesejahteraan dengan uang. Sebesar dan setinggi apapun nilai uang itu. 

Leonardo da Vinci pernah mengatakan, “Chi non puo quel che voul, quel che puo vaglia: Siapa yang tak sanggup meraih apa yang diinginkan, sebaiknya menginginkan apa yang disanggupinya.” Mungkin inilah pilihan laku yang lebih bijak ketika kita mempersepsikan kebahagiaan. Meski tak berarti kita tak boleh menginginkan sesuatu yang lebih, termasuk kebahagiaan lahir, juga kebahagiaan batin dengan memiliki uang yang banyak, tapi juga semakin membuat kita mensyukuri apa yang ada dan peka untuk memiliki rasa peduli kepada sesama.(**)

0 komentar:

Posting Komentar