Minggu, 03 November 2013

Tafsiran-tafsiran yang Menyesatkan Tentang Islam

Tafsiran-tafsiran yang Menyesatkan Tentang Islam

Oleh Hamba Moehammad

Ketika berselancar di internet, saya menemukan sebuah artikel
yang dimuat di http://www.isaislamdankaumwanita.com/ dengan judul: Mukmin, Pria Dan Wanita Di Sorga.

Berikut saya sertakan isi artikel tersebut, sekaligus sanggahan dari saya. Semoga menjadi renungan untuk kita semua.

Mukmin, Pria Dan Wanita Di Sorga

Sorga bagi pria Mukmin, bagi wanita Mukmin dan bagi orang Kristen adakah bedanya?


Mungkin kita sering berpikir bagaimana indahnya sorga. Apakah sama indahnya dengan istana Taj Mahal yang pembangunannya sendiri menghabiskan waktu selama 22 tahun? Atau mungkin seperti indahnya istana-istana kerajaan di berbagai bangsa?


Tentu tidak satu pun bangunan-bangunan nan megah di dunia yang dapat disetarakan dengan sorga. Selain kita sendiri tidak dapat menggambarkan dengan pasti bagaimana indahnya sorga, Kitab Suci  menggambarkan sorga sebagai tempat yang begitu indah dan kudus.


Gambaran Sorga Menurut Al-Quran

Nama lain dari sorga bagi umat Islam adalah Aljana. Di tempat ini mengalir sungai-sungai dari anggur yang dapat dinikmati setiap orang yang “berhasil” masuk ke Aljana. Di sini mereka bebas menikmati berbagai jenis anggur. Seperti anggur murni yang masih disegel (Qs 83;25), Zanzabil yang berisi anggur (Qs 76:17), Tasnim yang merupakan campuran anggur (Qs 83:27) atau anggur yang dicampur dengan kafur (Qs 76:5).

Timbul satu pertanyaan dalam pikiran saya.  Bila di dunia saja dilarang minum anggur karena dianggap haram, lalu mengapa orang-orang di Aljana justru disuguhi sungai-sungai anggur yang bebas diminum setiap saat? Dan lagi, apakah orang-orang yang minum anggur tersebut tidak akan mabuk?

Selain sungai-sungai anggur, dalam Aljana juga terdapat berbagai macam kenikmatan lainnya.
Gambaran Sorga Menurut Injil

Dalam Injil, sorga sering juga disebut sebagai Kerajaan Allah. Sorga adalah tempat orang-orang kudus. Hanya mereka yang telah menerima Keselamatan dan Hidup Kekal dari Isa Al-Masih-lah yang berhak masuk dalam Kerajaan ini.


Berbeda dengan Aljana umat Muslim, Injil menegaskan bahwa “Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Injil, Surat Roma 14:17).


Lebih jauh Injil menjelaskan, di sorga umat Allah akan tinggal bersama-sama dengan Allah. Tidak ada dosa, kematian atau duka cita. Yang ada hanya beribadah kepada Allah (Injil, Kitab Wahyu 22:3), dan memerintah sebagai raja (Injil, Kitab Wahyu 22:5).


“Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Injil, Kitab Wahyu 21:4)

Bagaimana Laki-laki di Sorga?

Dalam Al-Quran terdapat begitu banyak kabar gembira bagi kaum pria Mukmin yang beriman bila, kelak mereka masuk sorga. Sayangnya kenikmatan sorgawi itu hanya ditujukan bagi pria Mukmin saja. Diantara kenikmatan tersebut adalah wanita-wanita yang sangat cantik (Qs 38:53, 44:54, 52:20). Juga dijanjikan para perawan yang mana jin-jin dan manusia belum pernah menyentuhnya (Qs 55:70-74).


Sementara firman Allah dalam Kitab Suci Injil menegaskan tidak ada kawin mengawini di dalam sorga. “Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga” (Injil, Rasul Besar Matius 22:29).


Nasib Mukmin Wanita di Sorga


Bagaimana dengan nasib wanita Mukmin, siapa yang akan mengawini mereka di sorga? Tidakkah mereka berhak menerima kenikmatan yang sama dari Allah sebagai balasan ketaatan mereka selama berada di dunia?

Dari sekian kenikmatan yang dijabarkan Al-Quran bagi mereka yang masuk sorga, tidak satu pun kenikmatan tersebut ditujukan bagi wanita Mukmin. Umumnya kenikmatan itu ditujukan bagi pria Mukmin. Sekali lagi, wanita Mukmin mengalami diskriminasi, bukan di dunia melainkan di tempat akhir di akhirat!

Isa dan Injil Tidak Membedakan Antara Pria dan Wanita di Sorga


Sorga adalah tempat bagi setiap umat Allah yang telah diselamatkan. Tidak perduli pria ataupun wanita. Bagi mereka yang telah menerima Keselamatan dan Hidup Kekal dari Isa Al-Masih dan juga hidup sesuai dengan kebenaran firman Allah, Isa Al-Masih menjanjikan sorga bagi mereka. “Yesus bersabda, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah" (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:3).


Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.

Demikianlah, bagi mereka yang menerima kehidupan baru dari Allah, yaitu mereka yang meninggalkan cara hidupnya yang lama dan tidak berkenan pada Allah, dan berpaling pada hidup yang baru sesuai dengan kebenaran firman Allah, mereka itulah yang berhak masuk dalam Kerajaan Allah.


[Staf Isa dan Islam – Adakah Anda seorang wanita yang rindu memiliki jaminan masuk dalam Kerajaan Allah? Artikel tentang Jalan Keselamatan dapat membantu Anda menemukan cara untuk mendapatkan jaminan tersebut.]


*** ***          ***

Berikut sanggahan dari saya :

Sebagai seorang muslim, saya menganggap, penulis artikel di atas sangat tendesius dan penuh purbasangka. Selain itu, artikel yang disajikan di atas menggambarkan kualitas ilmu sang penulis yang sangat dangkal terhadap islam.


Maka saya meraa perlu menanggapi dan meluruskan pahaman sang penulis yang sok tahu di atas. Harapan saya semoga sang penulis bisa lebih adil dalam memberikan penilaian. Meski dengan segenap keterbatasan pengetahuan, saya mencoba menanggapi sebatas mampu dan sanggup saya.


Hal penting Perlu diketahui saudaraku:


Untuk menafsir ayat-ayat Al-Quran tidaklah sembarangan. Dalam kaidah/metode tafsir al-Quran, untuk menafsirkan ayat al-quran, dibutuhkan beberapa ilmu, di antaranya, sejarah turunnya al-quran, asbabun nuzul quran (sebab-sebab diturunkannya ayat2 al-quran), ilmu bahasa Arab yang terdiri dari nahwu, syaraf, balagah dan tata bahasa arab. Dan beberapa prasyarat lainnya. Dan semua syarat ini harus dipenuhi oleh seorang mufassir (penafsir)


Ilmu bahasa arab misalnya, bahasa ini memiliki kata-kata perintah yang berjenis kelamin laki-laki (mudzakkar) dan perempuan(mu'annats). Bahkan ada kata-kata bahasa arab yang menunjukkan netralitas atau perintah/larangan/atau imbalan yang berlaku untu laki-laki dan perempuan sekaligus (tidak ada perbedaan gender). Tujuannya, untuk memudahkan pemahaman. Sayangnya saudara yang menulis artikel di atas hanya menyadur terjemahan dan menafsirkannya secara serampangan saja dalam bahasa indonesia atau bahasa lain yang bukan bahasa asli al-quran yaitu bahasa arab (karena mungkin kurang atau bahkan tidak tahu/paham sama sekali bahasa arab).


Catatan penting: 


Sebuah bahasa yang diterjemahkan kedalam bahasa lain, kemungkinan besar mengalami perubahan bahkan distorsi makna. Maka tak heran bila kerap terjadi kesalahan tafsir. Maksud saya, mungkin ada kata dalam bahasa arab al-quran yang tak ditemukan padanannya dalam bahasa indonesia atau inggris atau bahasa lainnya. Maka salah satu solusnya adalah mencari padanan kata yang lebih mendekati makna dari teks aslinya, meski dengan resiko tergerusnya makna yang sesungguhnya dari bahasa aslinya. Dan salah satu bahasa yang paling miskin kosa katanya adalah bahasa indonesia.


Contoh:


Diantaranya yang anda sebutkan dalam artikel anda adalah wanita-wanita yang sangat cantik (Qs 38:53, 44:54, 52:20). Juga dijanjikan para perawan yang mana jin-jin dan manusia belum pernah menyentuhnya (Qs 55:70-74).


Ayat-ayat yang anda contohkan yang diartikan dengan, perempuan cantik yang selalu diidentikkan dengan"Bidadari" di atas, semuanya tak satupun yang menggunakan kata-kata yang berjenis kelamin laki-laki (Mudzakkar) maupun yang berjenis kelamin perempuan(mu'annats) tapi menggunakan kata yang netral. Dengan demikian imbalan surga berupa makhluk rupawan itu (yang anda tafsirkan: bidadari) itu tidak disebutkan secara spesifik apakah makhluk rupawan itu berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, tapi netral. Dengan demikian makhluk rupawan itu bisa ditafsirkan, hadiah/imbalan dari Tuhan yang diperuntukkan untuk muslim laki-laki dan muslim perempuan yang beriman dan bertakwa ketika hidup di dunia. Jadi tidak ada diskriminasi dalam surga antara laki-lak dan perempuan seperti yang anda sangkakan. 


Lagi pula penggunaan kata "bidadari" untuk menggambarkan makhluk surga yang rupawan adalah tidak tepat dan itu kesalahan terjemahan yang fatal. Karena kata dalam ayat al quran tak menyebutkannya sebagai "bidadari" secara spesifik, tapi makhluk rupawan (entah laki-laki atau perempuan) yang mana jin-jin dan manusia belum pernah menyentuhnya. Kata "bidadari" adalah istilah agama hindu, yaitu Vidya Dhari yang artinya perempuan/dewi kayangan yang bertugas untuk melayani dan memuaskan nafsu berahi para dewa di kayangan.


Terjadinya kerancuan terjemahan yang berujung pada salah tafsir saja terjadi pada al-quran yang masih memiliki teks asli berbahasa arab sejak diwahyukan. Bisa dibayangkan jika persoalan yang sama terjadi pada Bible/injil yang ditafsirkan berdasarkan terjemahan diatas terjemahan, bukan bahasa aslinya (ibrani) karena teks aslinya sudah lama hilang ratusan tahun setelah wafatnya yesus. Maka kerancuan penafsirannya mungkin lebih gawat lagi, dimana terjadi distorsi makna yang gawat darurat alias parah.


Lagi pula memangnya ketika di surga, manusia masih dibedakan atas perbedaan gender (kelamin) sebagai mana kehidupan dunia? Setahu saya, pembedaan (kelamin) laki-laki dan perempuan itu karena bentuk fisik (jasad) yang materil dan hanya berlaku di dunia yang juga materil. Apakah ketika kita hidup di alam akhirat, jasad masih diperlukan? Atau hanya ruh? Dan kalau hanya ruh, apakah ruh ada jenis kelaminnya? ini memerlukan kajian tersendiri, dan bukan di sini tempatnya saudara.


Adalagi persoalan: Apakah surga yang diyakini muslim itu sama dengan surga yang diyakini kristiani?


Kalau tak sama, untuk apa anda berisikeras memaksakan pahaman bahwa surga yang ada dalam al-Quran yang penuh dengan kesenangan seperti kesenangan duniawi yang anda kritik habis-habisan, harus sama dengan  surga yang anda yakini yang katanya di dalamnya bukan soal makan dan minum, tetapi semata kebenaran, damai sejahtera dan sukacita belaka?


Apakah ketika seorang kristiani masuk surga, statusnya beruba dari manusia menjadi malaikat sehingga kehidupannya seperti yang digambarkan dalam injil: “Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Injil, Surat Roma 14:17)? Wallahu a'lamu (Hanya Allah yang Mahatahu).

0 komentar:

Posting Komentar