Sabtu, 08 Juni 2013

Perempuan Labala, Perempuan Lamaholot (4)

Inak Pile Amak Tada, Gereun Ata Nimun

Oleh Muhammad baran

Tena data…
Nuba pulo lein lau,
lugu dore laran lali…
laran lali doan-doan
doan sagu atu matan..
Nara lema weran rae,
Gere tapin tewa weli…
Tewa weli lela-lela,
Kotadon luewa..
Selanjutnya, laki-laki yang akan menjadi calon suami bagi perempuan lamaholot berasal dari klan ana makin.  Biasanya agar hubungan  keluarga  dari klan ibu dan keluarga bapak tidak putus, para kebarek (gadis) lamaholot yang berasal dari klan ibu yaitu anak perempuan dari saudara kandung laki-laki  atau saudara sepupu laki-laki ibu. Orang Labala menyebut atau memanggil saudara laki-laki ibu dengan opu lake. Anak gadis dari opu lake inilah yang bisa di kawini.

Kebanyakan sistem kawin mawin seperti ini dianggap paling ideal. Meski sebenarnya di antara laki-laki dan perempuan yang dijodohkan masih memiliki hubungan darah yang sangat dekat atau bisa katakana saudara  sepupu. Hubungan perjodohan antara sepupu ini dalam bahasa adat  orang labala disebut gereun nimun.

Mai tobo tena lali,
Mai pae laya weli
Ama… ama… ama…
Model atau sistem perkawinan seperti ini dalam ajaran agama islam yang di anut mayoritas orang labala ini sangat terlarang. Sebab antara si lelaki dan perempuan  masih memiliki hubungan darah yang sangat dekat. Hanya saja, sebagai mana yang telah saya jelaskan sebelumnya,  pengaruh adat masih sangat kuat pada hampir semua kehidupan orang lamaholot

Babak selanjutnya dari kehidupan rumah tangga dan social perempuan hanyalah  mengabdikan diri kepada keluarga suami bahkan keluarga besar suku atau klan suami.

Bua tukan lau mai,
Bua bogeliki tena…
Tebede…tuka lau mai
Dayon lolon haka mai,
Dayon bogemapak laya…
Tebede… lolon haka mai
Bila ada acara adat di labala yang melibatkan semua suku atau klan misalnya, maka perempuan sepenuhnya membantu bekerja melayani kepentingan keluarga besar suku atau klan suaminya. Mulai dari urusan adat dimana perempuan memiliki tupoksi urusan dapur . Perempuan lamaholot ini dituntut gelekat suku lamak (mengabdi) secara total hingga selesai urusan adat.

Perempuan Labala adalah representasi perempuan lamaholot yang berdedikasi tinggi terhadap suami dan dan keluarga dalam suku lamak. Mereka hanya bisa melakukan gelekat (pengabdian) kepada keluarga inak-amaknya (ayah-ibunya) atau naan (saudara laki-lakinya) bila mendapat restu atau izin dari keluarga suami. Dalam hal ini kapasitas mereka (perempuan) dalam suku atau klan keluarganya adalah sebagai ina bine yaitu saudari atau anak perempuan yang kembali mengabdi kepada keluarganya.

Ole lolon nen temedo
Wura walen nen tedata…
Ama… ama... ama…
Selanjutnya, dalam kehidupan rumah tangganya, perempuan lamaholot kemudian mengarungi lika-liku  kehidupan yang tidak mudah. Apa lagi dalam keluarga baru tersebut dikaruniai anak keturunan, sang suami kemudian  pergi merantau berpuluh-puluh tahun karena tuntutan ekonomi.

Ama kata orangtua,
Mata ewan gosu-gosu…
Kaka ata lekot gayo,
Bolak ewan labot-labot…
Ama… ama… ama… (**)

0 komentar:

Posting Komentar