Senin, 02 Desember 2013

Menulislah Karena Kau suka! Itu Saja.



Oleh Hamba Moehammad


Menulis itu pekerjaan seni. Maka seorang penulis juga adalah seorang seniman. Dia boleh disebut "seniman kata-kata". Disebut begitu karena seorang penulis senantiasa bergelut dengan merangkai kata menjadi kalimat, menjadi paragraf, selanjutnya mejadi sebuah bacaan utuh. Dari sini lah lahir maha karya tulis.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”Demikian kata-kata Pramodya Ananta Toer.

Seorang Nabi/Rasul memang telah mati. Tapi yang mati hanyalah jasadnya namun ajaran-ajarannya tetap abadi. Begitu juga dengan seorang penulis. Dia juga akan mati, namun karyanya akan tetap hidup, dia akan tetap mengabadi melalui karya tulis yang ditinggalkannya.

Ingat, sebagai penulis pemula, dalam menulis, kau tidak perlu merasa takut akan melanggar pakem yang telah diatur sebelumnya. Atau semua omong kosong yang ditulis orang-orang tentang tata cara menulis yang baik-benar

Yang kau butuhkan saat menulis seperti ini adalah jangan “buta huruf”. Sederhana. Kalaupun buta huruf, mintalah orang lain untuk menuliskannya. Gampang kan?

Pohon adalah “huruf”, sungai adalah “huruf”, bayi yang menangis adalah “huruf”, manusia adalah “huruf”, perasaan adalah “huruf”, seluruh alam semesta adalah “huruf” dari “tulisan” sang Maha Pencipta. Maka “bacalah” karena setiap hari adalah “tulisan” dan tulisan ini hanya bentuk lain dari “tulisan” yang lebih besar.

Menulislah karena kau suka. Dan kalau orang-orang menganggapnya tidak bermanfaat, selalu ada pilihan untuk menutup tab browser, atau mengempaskan pena ke lantai, atau membiarkan keyboard komputer anda menganggur. Dan tentu saja pilihan untuk mencari hal yang lebih bermanfaat.

Akhirnya, selamat mencoba untuk menjadi seorang penulis. Anda punya misi nan mulia, yaitu menuliskan keabadian. Semoga. (**)

Makassar, Desember 2013

0 komentar:

Posting Komentar