Selasa, 10 Desember 2013

Surga yang Tersembunyi

Add caption

Oleh Hamba Moehammad

Kita sering mendengar, istilah "Surga yang tersembunyi" (hidden Paradise). Sesuatu yang sebenarnya ada namun belum sempat didapatkan atau ditemukan dan dikecap nikmatnya.

Meski surga kita kenal dalam literatur agama sebagai tempat dan keadaaan terbaik yang disediakan Tuhan di akhirat sebagai balasan atas kebajikan hamba-hamba-Nya di dunia, namun terkadang kata surga sering di gunakan sebagai perumpamaan akan keadaan atau tempat di bumi yang kira-kira menurut kita cukup mewakili keindahan surga yang sesungguhnya itu.

Ketika berbicara surga, erat kaitannya berbicara tentang kebahagiaan yang diperoleh kini di sini, di dunia ini. Kekal atau sementara, itu persoalan lain.

Bila hidup kita tenang, negeri kita bebas dari perilaku koruptif dan kesewenangan para pejabat, lingkungan kita aman dan damai, dengan tetangga kita akur-akur saja, membiasakan bersikap ramah dan suka menolong sesama. Maka inilah surga itu, surga yang mungkin selama ini kita abaikan karena sibuk memburu dan menyikut. Meski sekali lagi, surga ini barangkali tak sepadan dengan surga yang dijanjikan Tuhan dalam kitab suci.

Kita biasa mendengar dan membaca ungkapan, "Rumahku adalah surgaku". Surga dimana keluarga kecil hidup menabur dan menebar cinta, berbagi kasih sayang. Bila rumah tangga hidup dengan tujuan mulia, tujuan sebagaimana janji pernikahan pernah diikat, maka sebenarnya kita telah menciptakan surga kecil di dunia ini. Surga yang setiap penghuni memainkan perannya dan membangun kebahagiaanya. istri adalah bidadari keluarga, anak-anak adalah malaikat kecil yang mewarnai semarak keluarga, dan suami adalah tuan yang bijak.

Alangkah indahnya kehidupan seperti ini. Dan jika ada kehidupan seperti ini, maka untuk apa kita mencari seurga lain di luar sana yang belum tentu kualitasnya sama dengan surga yang ada dalam rumah sendiri?

Jika benar 'Rumahku adalah surgaku", jangan-jangan inilah surga yang dimaksudkan Tuhan itu. Surga yang dijanjikan-Nya kepada mereka, yang hidupnya diisi dengan hanya menabur cinta dan berbagi kasih kepada keluarga dan sesama.

Kalau begitu, cukuplah kita ciptakan kebahagiaan di rumah, di lingkungan dimanapun kita pergi, maka sejatinya kita telah menghadirkan surga yang hilang itu, surga yang tersembunyi selama ini. (**)

Makassar, 10 Desember 2013

0 komentar:

Posting Komentar