Sabtu, 16 Maret 2013

Surat Rindu Untuk Ibu


Surat Rindu Untuk Ibu

Oleh : Muhammaad Baran

ibu, pulanglah!

Ibu, aku anakmu
Dengan apa budi-jasamu kubalas tunai,
Sedang seribu bakti pun  tak cukup kuhunjukkan?

Malam yang dingin. Langit pun cerah. Di bawah pohon jambu. Di atas balai-balai ini. Tak tahu kenapa aku rindu. Telah lewat tujuh purnama ternyata. Aku masih setia membilang hari . Adakah aku  kau rindukan juga ibu? Ibu belum juga kembali. Apakah ibu masih marah karena nakalku dulu?

Aku masih ingat ibu. Dulu, saat hendak  tidur. Sebelum mata kupejam, kau mendongeng. Kau berbagi kisah tentang kehidupan. Ada suka, juga duka. Hingga malam semakin sepi. Ketika jengkrik berhenti berisik. Semesta hening tepekur. Aku terlelap dan malam pekat pun melela.

Ibu masih ingat? Sebelum kita pisah waktu itu. Ibu bilang, kalau aku masih bandel, ibu akan pergi. Dan toh akhirnya ibu pergi juga.  Hanya tulisan di secarik kertas ibu tinggalkan di atas balai-balai ini. “Kalau anakku masih membandel,  ibu akan pergi jauh, dan tak akan kembali.”

Aku hanya bisa menangis. Menyesali kenakalanku. Tapi sudah terlambat. Kau terlanjur memilih untuk pergi. Dan entah di mana kau kini ibu.

Para tetangga kudatangi. Seisi kampung kutanyai. Tapi semua tak tahu ke mana  pergimu. Hingga putus asa aku mencari. Ah kau benar-benar pergi ibu.

Ibu, dengan apa air matamu  kusapu lunas,
sedang berjuta derma pun  tak sanggup kutebus?

Kini purnama kembali lagi.  Dan aku masih di bawah pohon jambu ini. Juga di atas balai-balai ini. Menunggumu ibu. Hanya menunggumu. Aku tak tahu ke mana harus mencarimu. Kau  masih tak juga kembali

Pulanglah ibu! Sekarang aku sudah besar. Sudah kelas enam SD. Dan sebentar lagi aku akan mengikuti ujian kelulusan.  Kata guruku, aku harus belajar giat, agar bisa buat ibu bangga.  Aku harus juara agar bisa lanjutkan sekolah seperti keinginan ibu dulu.

Aku akan belajar sungguh-sungguh ibu. Doakan aku agar lulus ujian. Oya ibu, nanti, di malam acara perpisahan dengan teman, dengan guru, juga dengan sekolahku, aku ingin ibu hadir. Biar Ibu  yang terima ijazahku.

Ibu, bagaimana mungkin tega kau aku durhakai,
Sedang di setiap doa sujudmu namaku kau sebut selalu?

Aku janji, kalau ibu pulang, aku tak lagi membandel. Tak lagi ibu. Aku juga tak akan membuatmu menangis lagi. Sungguh. 

Ibu, pulanglah! Aku rindu. Titip salam rinduku untukmu ibu. Dari aku anakmu, yang menyesal pernah membuatmu menangis. Dan berjanji tak akan mengulanginya lagi.

Ibu, maafkan aku bila ada salahku
Aku anakmu… aku anakmu


Ttd
HambaMoehammad
Tanah Air Beta, 18 Maret 2013
Ketika purnama datang lagi, di langit kampung kita…


0 komentar:

Posting Komentar